Bacaini.ID, KEDIRI – Danau Kakaban di wilayah Kalimantan Timur menjadi rumah besar kawanan ubur-ubur air payau.
Berlokasi di Pulau Kakaban, bagian dari Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, danau Kakaban menjadi ekosistem purba dengan ribuan ubur-ubur jinak.
Bagi para pecinta alam danau Kakaban merupakan surga yang tersembunyi. Bagi para ilmuwan dan petualang membangkitkan rasa penasaran.
Asal-Usul: Lahir dari Pengangkatan Atol Purba
Danau Kakaban tercipta jutaan tahun lalu. Dr. Anugerah Nontji dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI menyebut terbentuk dari proses geologis yang dramatis.
Yakni pengangkatan atol atau pulau karang berbentuk cincin setinggi 40-60 meter dari dasar laut, sekitar 1-2 juta tahun yang lalu.
Proses ini terjadi pada zaman peralihan Holosin, era prasejarah di mana pergerakan lempengan tektonik mengangkat struktur karang hingga membentuk daratan yang kini dikenal Pulau Kakaban.
Air laut yang terperangkap di dalam laguna atol ini tak lagi bisa keluar, dikelilingi dinding karang terjal setinggi 50 meter.
Seiring waktu, air tersebut bercampur dengan air tanah dan air hujan, menciptakan jenis air payau.
Luas danau mencapai sekitar 5 km², mendominasi 80% dari total luas pulau yang mencapai 774,2 hektare.
Nama ‘Kakaban’ sendiri berasal dari bahasa daerah yang berarti ‘pelukan’, menggambarkan bagaimana pulau ini seolah memeluk danau di tengahnya.
Dalam bahasa Suku Bajau, penduduk asli wilayah tersebut, ‘Kakaban’ bisa bermakna ‘kakak’, seseorang atau sesuatu yang lebih tua.
Proses evolusi ini tak hanya membentuk danau, namun juga mengisolasi biota di dalamnya, menciptakan misteri biologis yang hingga kini tetap menarik untuk dijadikan objek penelitian para ahli.
Thomas Tomascik, ahli kelautan asal Kanada, menyebut Pulau Kakaban sebagai ‘surga kekayaan biologi Indonesia’, di mana hewan dan tumbuhan terisolasi sejak jutaan tahun lalu terus berevolusi secara mandiri.
Keunikan: Danau Air Payau dengan Ubur-Ubur yang Tak Menyengat
Danau Kakaban memiliki keistimewaan tersendiri, keunikan ekosistemnya tak tertandingi.
• Kekayaan Flora dan Fauna Endemik
Danau Kakaban merupakan salah satu dari sedikit danau air laut terbesar di dunia, dengan air payau yang tak pernah mengalami pasang surut seperti laut terbuka.
Airnya berasal dari rembesan air laut melalui celah-celah batu karst, dicampur air hujan, dan dikelilingi hutan mangrove yang memberi warna kehijauan alami.
Kondisi stabil ini menciptakan habitat ideal bagi flora dan fauna endemik, termasuk empat jenis ubur-ubur: Ubur-ubur bulan (Aurelia aurita), Ubur-ubur terbalik (Cassiopea ornata), Ubur-ubur totol atau bintik (Mastigias papua) dan Ubur-ubur kotak: (Tripedalia cystophora) yang semuanya telah berevolusi tanpa kemampuan menyengat.
• Simbiosis Mutualisme Ubur-ubur dan Alga
Menjadi keunikan yang tak bisa ditemukan di tempat lain, simbiosis mutualisme antara ubur-ubur dan alga simbiotik di tubuhnya.
Ubur-ubur ini ‘berjalan terbalik’, kepala ke bawah dan tentakel ke atas. Ini memungkinkan alga melakukan fotosintesis di bawah sinar matahari.
Selain itu, akibat isolasi jutaan tahun, ubur-ubur di danau ini kehilangan sengatnya. Jadi, para pengunjung danau bisa berenang di antara ribuan ubur-ubur tanpa rasa sakit.
Selain ubur-ubur, danau ini juga rumah bagi ikan serinding, puntang, teri karang, julung-julung, serta biota lain seperti kura-kura dan teripang, semuanya beradaptasi dengan air payau yang unik.
Hutan mangrove di sekitar danau menambah lapisan keunikan, menciptakan jalur trekking yang rimbun dan penuh kehidupan.
Di dunia, hanya satu tempat serupa yang diketahui: Danau Ubur-Ubur di Palau, Kepulauan Mikronesia.
Namun, Kakaban unggul sebagai satu-satunya di Indonesia, menjadikannya laboratorium alam hidup yang menarik bagi ilmuwan.
Kakaban Surga Konservasi dengan Pengawasan Ketat
Danau Kakaban bukan hanya unik namun juga istimewa karena menjadi simbol konservasi alam Indonesia.
Sebagai bagian dari kawasan konservasi pesisir seluas 285.000 hektare di Kepulauan Derawan, pulau ini dilindungi untuk menjaga keanekaragaman hayatinya yang tinggi, mulai dari penyu hijau, hiu paus, hingga ikan napoleon di perairan sekitar.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menetapkannya sebagai area prioritas, dengan aturan ketat seperti larangan penggunaan tabir surya atau krim anti-nyamuk yang bisa mencemari ekosistem.
Pengunjung harus mencuci peralatan sebelum masuk dan menghindari langkah atau lompatan yang bisa melukai ubur-ubur, memastikan keberlanjutan populasi biota langka ini.
Yang membuatnya semakin istimewa adalah pengalaman holistik yang ditawarkan: berenang di antara ubur-ubur seperti mimpi bawah sadar, trekking melalui mangrove, snorkeling di laguna Kehe Daing, hingga menikmati kuliner lokal seperti hidangan dalam cangkang landak laut.
Bagi pecinta fotografi dan diving, danau ini adalah kanvas sempurna, cahaya matahari yang menembus air kehijauan menciptakan pemandangan seperti lukisan hidup.
WWF Indonesia dan otoritas lokal terus mendorong pariwisata berkelanjutan, memastikan keajaiban ini tetap lestari.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif