Di tengah lesunya dunia hiburan akibat pandemi Covid-19, sekelompok remaja di Kota Kediri justru sukses memproduksi karya. Inilah denJuang, band campursari asli Kota Kediri.
KEDIRI – Tantangan Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar kepada warganya untuk tak menyerah dengan keadaan dijawab oleh denJuang. Sebuah kelompok musik beraliran campursari yang digawangi tujuh personil.
Mereka adalah Ersa (keyboard), Tido (gitar), Yomi (gitar), Eko (perkusi), Ruki (vokal), Rofiq (drum), dan Kevin (bass).
baca ini Fakta Mengejutkan Bupati Trenggalek Dengan Pay Slank
Berbeda dengan band Kota Kediri yang mayoritas bergenre rock, denJuang memilih campursari sebagai ruh mereka. Padahal masing-masing personil tak memiliki historis lekat dengan campursari. “Saya memainkan alat musik conga kalau di jazz,” kata Eko Hariyanto, personil deJuang kepada bacaini.id.
Alih-alih mempertahankan idealisme di genre masing-masing, para personil deJuang bersepakat mencipta karya campursari. Single pertama yang diluncurkan berjudul ‘Njogo Katresnan’.
baca ini Bisnis Sumadi Kaset Yang Tak Ada Matinya
Lagu ini diciptakan Tido sang pemetik gitar, dan diaransemen secara bersama-sama. Menurut Eko, lirik lagu berkisah tentang kesetiaan istri yang menunggu suaminya bekerja di perantauan. Di mata Tido, kesetiaan adalah hal yang mahal di tengah menghadapi situasi sulit, termasuk pandemi Covid-19.
Meski mengumbar kerinduan yang mendalam, lagu ini berakhir bahagia dengan bersatunya kembali pasangan tersebut. Penantian dan kesetiaan sang istri terbayar dengan kepulangan suami yang sukses di perantauan. “Lagi ini mengajarkan kita untuk setia pada pasangan, betapapun sulit situasi yang dihadapi,” tutur Eko.
baca ini Lima Album Rock 90 Yang Populer Hingga Sekarang
Karya manis mereka bisa dinikmati di link https://youtu.be/qKUuxQDdxqY yang telah menuai banyak apresiasi pecinta musik campursari.
Dibentuk Saat Pandemi
Ada kisah menarik di balik terbentuknya band deJuang ini. Mereka dipertemukan di tempat-tempat nongkrong dan saling berbagi keadaan. Situasi pandemi telah memukul aktivitas masing-masing hingga tercetus ide membentuk band.
Mengamini pernyataan Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar yang mengajak warganya untuk tak menyerah pada keadaan, Eko dan kawan-kawan memutuskan memproduksi karya di tengah pandemi.
baca ini Konser Didi Kempot di Kediri Terbesar Sepanjang Sejarah
Genre campursari dianggap tepat mewakili perasaan masyarakat luas yang merindukan sosok Didi Kempot. Apalagi sampai saat ini belum banyak musisi muda yang tergerak menghidupi genre warisan leluhur ini.
Pertemuan rutin yang dilakukan di markas denJuang di Perumahan Persada Sayang Kota Kediri melahirkan ide-ide cerdas dalam bermusik. Tempat ini juga menjadi sekolah musik bagi anak-anak yang digawangi Tido dan Ersa.
Menurut Tido, nama denJuang dipilih untuk mewakili kondisi sulit di masa pandemi, dimana seluruh personil mereka mengalami keterpurukan di usaha masing-masing. “Den itu panggilan untuk anak muda, juang berarti perjuangan,” pungkas Tido. (*)
Comments 1