Bacaini.ID, KEDIRI – Dibalik glamornya dunia fashion, terungkap sisi gelap industri yang banyak disoal oleh komunitas dunia.
Fast fashion, industri fashion skala besar dalam beberapa dekade belakangan ini diketahui telah berkembang begitu sangat cepat.
Fashion yang diproduksi massal dengan harga murah oleh para pelaku industri itu telah menciptakan tren model yang begitu cepat berubah.
Kalau sebelumnya tren hanya diciptakan per musim, yakni maksimal empat tren setiap tahun, kini setiap hari ada model baru fashion yang dilempar ke pasar.
Apa yang terjadi? Imbas fast fashion terhadap lingkungan hidup tidak main-main. Dilansir dari Greenpeace, berikut beberapa dampak dari industri fast fashion.
Sampah
85% dari seluruh tekstil di dunia dibuang ke tempat pembuangan sampah setiap tahunnya.
Tempat pembuangan sampah pada dasarnya merupakan solusi jangka pendek karena hanya ada sedikit ruang yang dapat dijadikan tempat pembuangan sampah.
Alternatif lain seperti insinerasi, pembakaran suhu tinggi, mempunyai masalah polusi tersendiri.
Bahan Sintetis dan Bahan Bakar Fosil
Sebagian besar pakaian yang dijual oleh perusahaan fashion terbuat dari bahan sintetis.
Plastik bersumber dari minyak, seperti poliester atau nilon. Setiap aspek proses pembuatan bahan-bahan ini melibatkan minyak.
Polusi Kimia
Pewarna tekstil merupakan pencemar air terbesar kedua di dunia, karena sisa air dari proses pewarnaan sering kali dibuang ke selokan, aliran-aliran air atau sungai.
Mikroplastik dalam Ekosistem
Proses pembuatan produk pakaian mengeluarkan mikroplastik ke dalam air limbah, dan ketika dicuci, mikroplastik berukuran kecil akan dibuang ke saluran pembuangan dan masuk ke perairan kita.
Pada tahun 2021, serat poliester, bahan plastik yang sering digunakan untuk membuat pakaian, menyumbang sekitar 75% mikroplastik yang ditemukan di Samudra Arktik.
Pemborosan Air
2 miliar celana jeans diproduksi setiap tahun, dan rata-rata sepasang celana jeans membutuhkan 7.000 liter air untuk memproduksinya.
Untuk membuat sebuah kaos, dibutuhkan 2.700 liter air untuk membuatnya, jumlah air yang rata-rata diminum seseorang selama 900 hari.
Pelanggaran HAM di Bidang Manufaktur
Pekerja garmen sering kali bekerja 10 hingga 16 jam sehari, enam hari seminggu, dengan upah yang hampir tiga kali lebih rendah dari upah layak di negara mereka.
Sebanyak 80% pakaian diketahui dibuat oleh wanita muda berusia antara 18 dan 24 tahun dengan gaji rendah.
Kolonisasi Pakaian
Mengirimkan limbah tekstil ke negara-negara miskin, contohnya Ghana.
Ghana mengalami bencana lingkungan yang disebabkan oleh barang-barang fast fashion yang mereka terima.
Indonesia pun memiliki masalah dengan sampah fashion yang dihasilkan oleh produksi pakaian dalam negeri.
Menurut Data Stats, Indonesia menghasilkan 2,3 juta ton limbah pakaian per tahun, yang setara dengan 12% limbah rumah tangga.
Mulai mengurangi konsumsi fast fashion adalah langkah tepat yang harus diambil tiap individu.
Beli kebutuhan fashion seperlunya, lebih memilih kualitas daripada kuantitas, tidak fomo pada fashion dan mendaur ulang sendiri barang fashion yang tak terpakai adalah langkah kecil namun sangat penting untuk membuat bumi lebih sehat.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif