Teknologi digital mengubah cara orang mengakses dan menguraikan pengetahuan secara mendasar dalam kehidupan sehari-hari terutama pada pembelajaran saat ini. Era digital membuat siswa maupun mahasiswa semakin akrab dengan namanya teknologi digital.
Kemajuan teknologi ini semakin tidak dapat untuk kita hindari keberadaannya. Bahkan akibat kemajuan teknologi, internet menjadi kebutuhan siswa maupun mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahannya.
Hal ini membuat minat pelajar dalam pembelajaran menjadi serba instan yang mengakibatkan rendahnya kualitas belajar dan kurangnya parstisipasi dalam pembelajarannya. Sementara perkembangan zaman menuntut pentingnya pengetahuan dan cara berpikir seorang pelajar yang kritis.
Jurang pemisah ini menjadi persoalan yang harus dipecahkan bersama untuk dicarikan solusi kemajun digital yang membuat mahasiswa dan pelajar bersikap isntan dan melatih kekritisan terhadap sebuah fenomena di masyarakat bersamaan gempuran digitalisasi teknologi. Maka dari itu perlu adanya solusi penerapan budaya belajar yang akan membentuk pelajar dapat memahami dirinya sendiri.
Covid 19
Pandemi covid-19 menjadi saksi akan perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia. Kurikulum 13 atau lebih akrabnya K-13, yang sebelumnya diunggulkan dalam dunia pendidikan berubah drastis sebagai dampak covid 19. Kurikulum 13 (K-13) menurut Mulyasa (2014:55) ada tiga elemen yang ada di dalam kurikulum 13 (K-13) tersebut diantarannya;
- Kurikulum sebagai suatu substansi kegiatan pembelajaran yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal dan evaluasi pembelajaran.
- Kurikulum 2013 sebagai suatu sistem dari sekolah, pendidikan bahkan masyarakat.
- Kurikulum sebagai suatu bidang studi untuk mendalami dan mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum tersebut”.
Seiring wabah Covid 19 kini, kurikulum tersebut berganti menjadi kurikulum merdeka dan mulai diterapkan disatuan pendidikan Indonesia. Konsep merdeka belajar ini hadir sebagai tempat pengembangan kemampuan kognitif bagi pelajar, yang ditantang untuk mampu berpikir kritis dengan analisis yang baik.
Pada hakikatnya merdeka belajar hadir sebagai bentuk kemerdekaan bagi para siswa maupun mahasiwa dalam berpikir dan mengembangkan diri. Merdeka belajar menjadi jawaban bagi pelajar dalam menentukan jalannya sendiri dalam belajar, memilih metode belajar yang diinginkan yang tentunya sesuai dengan bakat dan minat tanpa adanya keterbatasan sistem pendidikan nasional.
Merdeka belajar merupakan kebebasan dalam berpikir dan kemerdekaan berpikir baik itu secara individu maupun kelompok yang mengasilkan peserta didik yang kritis, unggul, kreatif,inovatif, dan partisipatif (Widiyono, Irfana dan Firdausia 2021).
Proses pembelajaran merdeka belajar ini berpusat pada pelajar itu sendiri yang memberikan tantangan dan kesempatan untuk pengembangan inovasi, kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan pelajar serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan.
Kebijakan dari merdeka belajar bertujuan untuk meningkatkan kompetensi lulusan agar siap dan relevan dengan kebutuhan zaman. Namun jika kita melihat dengan sudut pandang berbeda, konsep merdeka belajar belum sepenuhnya dapat diterapkan di era digitalisasi yang semakin maju.
Akses yang terbatas
Adanya keterbatasan akses di setiap wilayah indonesia tentunya menjadi sebuah hambatan dalam menerapkan kurikuklum merdeka belajar. Berdasarkan permasalahan di atas ada beberapa sebab tidak kritisnya mahasiswa dan siswa diantaranya; 1) Sinyal internet yang bagi sebagian siswa dan mahasiswa yang kurang memadai, 2) Keterbatasan data internet bagi siswa yang tidak semua siswa berasal dari golongsn yang mampu, 3) Konsentrasi siwa yang tidak fokus pada pembelajaran dikarenakan ada siswa yang bermain ataupun melakukan kegiatan lain pada saat jam pelajaran, dan merasa bosan karena situasi pembelajaran yang berbeda dengan offline . Dengan melihat berbagai kesulitan di atas maka banyak para siswa kurang mampu menyerap materi yang diajarkan guru atau dosen.
Perlunya budaya di kalangan mahasiswa dan siswa bahwa belajar juga penting , yang bertujuan untuk menciptakan semangat belajar bagi peserta didik pada saat pembelajaran. Berbagai cara dilakukan agar sistem online diminati para pelajar dintarannya :
- Menumbuhkan adanya proses kreatif dalam pembelajaran secara online dengan membuat ide-ide baru yang cemerlang dan berguna, yang dapat dipertanggungjawabkan oleh guru maupun dosen.
- Mempraktekkan ide tersebut untuk di relisiasikan dan diaplikasikan di dunia nyata
- Diskusi memecahkan masalah atau menyelesaikan permasalahan yang muncul pada proses pembelajaran.
Kemampuan guru dalam membangun komunikasi dengan siswa juga termasuk menjadi sebuah pendekatan yang dapat memberikan dampak baik pada pelajar, yakni , pendekatan yang dapat memberikan bekal kompetensi, dan ilmu pengetahuan. Hampir sebagian besar siswa menyatakan bahwa guru belum mampu memotivasi mereka untuk belajar semua sifatnya masih satu arah, dimana guru hanya rajin memberikan tugas-tugas kepada mereka.
Disinilah peran guru sebagai penggerak yang harus mampu mengetahui dan memahami kondisi, lingkungan, bakat, keinginan dan harapan, keberhasilan, dan kegagalan peserta didiknya. Pada dasarnya perkembangan setiap individu sebagai seorang pelajar akan terhenti jika ia tidak lagi senang mempelajari hal baru.
Kemampuan memelihara rasa ingin tahu, kreatif dan menemukan kepuasan saat menemukan hal baru adalah bagian dari budaya yang perlu dihidupkan dalam diri pelajar. Semoga para pelajar dan mahasiswa masih memiliki itu.
Penulis: Revinta Santiara Siringo-Ringo*
*)Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Boyolali
Email: revintasiringoringo@gmail.com