Bacaini.id, JOMBANG – Warga Dusun Banjarsari, Desa Bareng, Kabupaten Jombang punya cara unik menangkal petir dan musibah. Alih-alih memasang peralatan khusus, mereka justru menggelar selamatan di makam.
Sejak turun temurun masyarakat Dusun Banjarsari mempercayai jika menggelar selamatan di makam leluhur akan menghindarkan mereka dari petir dan musibah. Upaya ini untuk melindungi petani saat memanen hasil pertanian.
Proses ini diawali dengan kedatangan warga yang mayoritas petani berjalan beriringan menyusuri pematang sawah menuju makam Mbah Kudus. Dia adalah sosok yang diyakini sebagai pendiri kawasan alias babat alas.
Warga juga membawa asahan (makanan) serta jajanan tradisional yang terdiri dari kue clorot, brondong dan pasung. Seluruh asahan tersebut ditempatkan dalam baki yang dibungkus kain. Sebagian digendong dan sebagian ditaruh diatas kepala sambil membaca doa syukur atas kembalinya musim tanam padi.
Mbah Lewi, 75 tahun, tokoh masyarakat setempat mengatakan tradisi clorotan merupakan peninggalan nenek moyang yang dipercaya menghindarkan petani dari ancaman petir dan guntur, kala musim hujan saat dan petani mulai menanam padi.
”Kue clorot terbuat dari tepung beras dicampur gula pasir bisa juga gula kelapa, kemudian dibungkus janur, atau daun kelapa muda. Bentuknya memanjang hampir menyerupai terompet,” ujar Mbah Lewi menjelaskan asahan yang dibawa.
Makanan berikutnya adalah berondong atau jajanan yang terbuat dari jagung. Berondong jagung diwujudkan sebagai geluduk atau halilintar yang gemelegar di langit. Saat awal musim tanam yang berbarengan dengan musim turun hujan, pasti ada petir dan geluduk. Suara gemuruh geluduk itu dianggap membahayakan petani.
Kue ketiga adalah kue pasung, yang hampir sama dengan clorotan. Kue ini dibuat dari tepung beras yang dikukus. Hanya saja yang membedakan kue ini kemesannya. Kue pasung dibungkus dengan daun nangka atau daun pisang. ”Kue pasung ibarat pelindung, sebagai bentuk doa kepada Tuhan agar petani diberi keselamatan saat menanam padi,” terang Mbah Lewi.
Dalam ritual ini warga juga berkirim doa kepada para leluhur hingga tokoh yang membabat alas desa. Usai berdoa, seluruh ambeng yang dibawa dinikmati bersama oleh seluruh petani yang hadir. Sebagian menikmati makanan yang ditukar dengan warga lain sebagian lagi dibawa pulang untuk dibagikan kepada keluarga.
Ritual Kuno
Ritual clorotan merupakan ritual tahunan yang digelar petani Dusun Banjarsari sejak tahun 1950 silam. Melalui kegiatan sedekah desa ini mereka percaya petani bisa terhindar dari balak tersambar petir, angin kencang ataupun balak lainnya. “Sekaligus hasil panen petani diharapkan juga melimpah,” pungkas Mbah Lewi.
Hal serupa disampaikan Samiaji, panitia selamatan yang berharap ritual ini bisa membangun kebersamaan antar warga. Warisan leluhur untuk berkumpul makan dan berbagi menjadi tali persaudaraan yang terus dijaga. “Jika ada musibah kitapun juga bergotong royong bersama untuk saling membantu, kekgiatan ini sebagai upaya tolak balak disaat musim hujan yang berpotensi angin dan petir,” sebut pria yang akrab di sapa Mijek ini.
Kegiatan uri uri budaya ini akan terus dijaga dan dilestarikan agar bisa menjadi kearifan lokal yang tidak hilang di tengah modernisasai.
Penulis: Syailendra
Editor: Budi S
Tonton video: