• Login
  • Register
Bacaini.id
Monday, June 2, 2025
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
Bacaini.id

Cerita Sambitan “Jumrah” Haji Misbach kepada 3 Setan Musuh Kemanusiaan

ditulis oleh Editor
30/12/2024
Durasi baca: 4 menit
552 5
0
Cerita Sambitan “Jumrah” Haji Misbach kepada 3 Setan Musuh Kemanusiaan

Cerita Sambitan “Jumrah” Haji Misbach kepada 3 Setan Musuh Kemanusiaan. (foto/ist)

Bacaini.ID, KEDIRI – Ada 3 setan musuh kemanusiaan yang menurut Haji Mohamad Misbach atau Haji Misbach, harus mendapat sambitan “jumrah” yang keras.

Siapa mereka? Pemerintah kolonial Hindia Belanda dan raja atau susuhunan beserta antek-anteknya. Kemudian kapitalisme yang jahat. Dan yang ketiga, agamawan lamisan atau orang alim yang munafik.

Haji Misbach menyebutnya: Kaum Munafikun. Misbach merupakan tokoh Sarikat Islam (SI) dan pendiri surat kabar Medan Moeslimin (1915) kelahiran Kauman Surakarta 1876.

Dikutip dari berbagi sumber, pemikiran radikal itu diperoleh Misbach sepulang dari menunaikan ibadah haji di tanah suci Mekkah.

Yang perlu diketahui, pada pertengahan tahun 1923 itu situasi di Jawa Tengah, utamanya Yogyakarta dan Surakarta, mencekam. Semangat perlawanan kaum pribumi berkobar di mana-mana.

Mengutip dari An Age in Motion: Popular Radicalism in Java, 1912-1926, Takashi Shiraisi, kedatangan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Yogyakarta pada Mei 1923, disambut lemparan bom kepada kereta api.

Banyak orang berani melempari kantor-kantor pemerintah dengan kotoran. Potret-potret Ratu Wilhelmina dicopot, dilumuri dengan kotoran dan kata-kata celaan.

Sementara di Surakarta, jelang dan pasca perayaan Sekaten, sejumlah rumah dibakar. Bangsal perayaan sekaten dirobohkan. Peristiwa itu terjadi pada pertengahan Oktober 1923.

Haji Misbach disebut-sebut berada dibalik semua gerakan radikal itu. Lantas seperti apa rekam jejak Haji Misbach yang biasa dipanggil Haji Merah itu?

Terlahir dengan nama Ahmad, Misbach datang dari keluarga pedagang batik yang makmur dan religius.

Rumah tempat ia dilahirkan berada di sisi barat alun-alun utara, di depan keraton Kasunanan, di sebelah Masjid Agung.

Ahmad diketahui sempat berganti nama Darmodiprono saat menikah. Dan kemudian mengubahnya menjadi Haji Mohamad Misbach sepulang dari tanah suci Mekah.

Haji Misbach bergabung dengan SI Surakarta pada tahun 1912 dan aktif pada tahun 1914 setelah Mas Marco Kartodikromo mendirikan Indlandsche Journalisten Bond.

Ia menjadi seorang jurnalis sekaligus propagandis yang ulung. Melalui mimbar dan tulisan Misbach banyak memaparkan gagasan-gagasan tentang kemajuan Islam.

Pada Januari 1915 Haji Misbach mendirikan surat kabar bulanan Medan Moeslimin, yang 2 tahun kemudian disusul penerbitan surat kabar Islam Bergerak.

Pada saat yang sama terbit majalah Suara Muhammadiyah di Kauman Yogyakarta di mana pejabat teras Muhammadiyah Yogya bernama Haji Fahrudin, juga menjadi distributor surat kabar Medan Moeslimin.

Pemikiran Misbach diketahui kian radikal ketika beririsan dengan Tjipto Mangoenkoesoemo di organ Insulinde.

Dengan kecapakan lisan dan tulisan, ia mengonsolidasikan kaum buruh dan petani di Kartasura, Ponggok, Tegalgondo dan Banyudono.

Haji Misbach yang kesohor sebagai pedagang batik juga menjadi penyokong dana gerakan. Ia tidak pernah lelah menyerukan: “Hempaskan pemerintah imperialisme yang bersekongkol dengan raja!”.

Sebagai muslim yang taat, Haji Misbach diketahui sangat mencintai Islam. Ia begitu mengagungkan Nabi Muhammad SAW dan di sisi lain mengagumi Karl Marx.

Marx di mata Misbach begitu berjasa membela rakyat miskin, telah mencela kapitalisme sebagai biang kehancuran nilai-nilai kemanusiaan.

Kapitalisme telah merusak agama sehingga harus dilawan dengan historis materialisme.

Haji Misbach juga kecewa dengan lembaga-lembaga Islam yang tidak tegas membela kaum dhuafa. Baginya melawan kapitalis dan antek-anteknya sama halnya berjuang melawan setan.

Haji Misbach memiliki tesis pemikiran: Islam akan bergerak maju jika melakukan konvergensi atau berjalan bersama dengan komunisme.

Dalam buku Haji Misbach Sang Propagandis: aksi propaganda di surat kabar Medan Moeslimin dan Islam bergerak (1915-1926), disebutkan Islam dan komunisme berjumpa dalam irisan sama-sama memperjuangkan masyarakat tanpa kelas.

Islam dan Komunisme sama-sama memihak kaum mustadhafin, kaum proletar, kaum papa, buruh tani, kaum tertindas.

Pandangan pemikiran Islam-Komunis Haji Misbach termanifestasikan dalam istilah Mas Marcokartodikromo: sama rata sama rasa. Di mana Islam dan Komunisme sama-sama egaliter.

Sesungguhnya, tulis Misbach, komunisme dan islamisme adalah penting bagi orang yang dirinya mengaku Islam dan komunis yang sejati, yakni suka menjalankan apa yang telah diwajibkan kepada mereka oleh agama dan komunis.

Dalam Medan Moeslimin yang terbit pada 1 April 1926, Haji Misbach menyatakan dalam tulisannya berjudul Nasehat:

“Agama berdasarkan sama rata sama rasa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa hak persamaan untuk segenap manusia dalam dunia tentang pergaulan hidup, tinggi dan hinanya manusia hanya tergantung atas budi kemanusiaannya.

Budi terbagi tiga bagian: budi kemanusiaan, budi binatang, budi setan. Budi kemanusiaan dasarnya mempunyai perasaan keselamatan umum, budi binatang hanya mengejar keselamatan dan kesenangan diri sendiri; dan budi setan yang selalu berbuat kerusakan dan keselamatan umum”.

Itulah alasan Haji Misbach sangat memusuhi kolonialisme, kapitalisme yang jahat dan kaum agamawan lamisan atau orang alim yang munafik.

Melawan mereka sama halnya berjuang melawan setan. Itulah kenapa mereka harus disambit keras-keras seperti lemparan jumrah kepada setan.  

Pemerintah kolonial Hindia Belanda melihat Haji Misbach sebagai sosok yang berbahaya, terutama pemikirannya yang mengawinkan Islamisme dan Komunisme.

Kolonial Belanda memutuskan menangkap Haji Misbach dan membuangnya ke Manokwari, Papua, didampingi istri dan tiga anaknya.

Pada 24 Mei 1926, sosok “pendakwah” Islam Komunis itu menutup mata di tanah pengasingan, Manokwari. Haji Misbach dimakamkan di sebelah makam istrinya.

Penulis: Solichan Arif

Print Friendly, PDF & EmailCetak ini
Tags: haji merahHaji Misbachjumrahlempar jumrahmedan moesliminsetanSIsurakarta
Advertisement Banner

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Ini Cara Obati Jerawat Ringan Untuk Orang Dewasa

Ini Cara Obati Jerawat Ringan Untuk Orang Dewasa

Hati Penyair Chairil Anwar Patah di Paron Ngawi

Hati Penyair Chairil Anwar Patah di Paron Ngawi

Indonesia Negara Mayoritas Muslim dengan Gereja Terbanyak di Dunia

Indonesia Negara Mayoritas Muslim dengan Gereja Terbanyak di Dunia

  • Kepemilikan tanah dengan Letter C, Petuk D, dan Girik mulai tahun 2026 tidak berlaku. Mulai urus sekarang juga !

    15297 shares
    Share 6119 Tweet 3824
  • Djarum Grup Akuisisi Bakmi GM, Pendapatannya Bikin Melongo

    16574 shares
    Share 6630 Tweet 4144
  • Pamer Hummer Listrik 4,5 M, “Rahasia” Ketenaran Gus Iqdam Dibongkar Netizen

    10856 shares
    Share 4342 Tweet 2714
  • Warna Bulu Kucing Ternyata Menunjukkan Wataknya

    4959 shares
    Share 1984 Tweet 1240
  • Eks Kapolres Trenggalek Terungkap Bawa Arca Durga ke Bogor

    2798 shares
    Share 1119 Tweet 700

 

Bacaini.id adalah media siber yang menyajikan literasi digital bagi masyarakat tentang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan keamanan, hiburan, iptek dan religiusitas sebagai sandaran vertikal dan horizontal masyarakat nusantara madani.

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Redaksi
  • Privacy Policy

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist


Warning: array_sum() expects parameter 1 to be array, null given in /www/wwwroot/Bacaini/wp-content/plugins/jnews-social-share/class.jnews-social-background-process.php on line 112