KEDIRI – Meski pendapatan menurun drastis, namun para difabel di Kediri tak putus asa. Mereka mencari cara untuk bertahan dengan kemampuan yang dimilikinya. Demikian semangat yang dibangun oleh Komunitas Disabilitas Mandiri (KDM) Kota Kediri.
Di sekretariat KDM yang berlokasi di Jl. Jaksa Agung Suprapto, Kota Kediri, samping kiri gedung KPU Kota Kediri, berdiri beragam usaha yang dijalankan oleh para difabel. Mulai dari warung kopi “Jreng” milik Apririyanti, usaha jahitan milik Sutiyono, dan usaha tambal ban yang dijalankan oleh Kasiani, karena suaminya sedang sakit.
“Kalau dipikir ya sepi. Di sini biasanya ramai sekali orang ngopi. Sekarang hampir tidak ada, hanya teman-teman kita saja,” kata Apririyanti (Yanti). Biasanya, dari usaha warung kopinya, Yanti bisa mengantongi uang Rp 190.000,-/hari, kini puluhan ribu saja sulit. Kamis (23/4/2020).
Hal senada juga disampaikan oleh Sutiyono. Pada saat ramai, utamanya menjelang tahun ajaran baru, sehari Sutiyono bisa merampungkan 3 stel baju dengan masing-masing bertarif Rp 70.000,-. Kini, pemesan nyaris nol. Ia hanya mendapat orderan permak baju dan jualan sarung bantal saja.
Sama halnya dengan Anshori, Ketua KDM yang dagang bakso. Dalam sehari, biasanya ia bisa menjual 50 mangkuk dengan tiap mangkuk harganya Rp 3.000,-. Kini 10 mangkuk saja susah.
Hanya saja, mereka tak berhenti begitu saja. Ketika pelanggan menurun, Anshori menyerahkan usahanya kepada istrinya. Ia sibuk membuat percobaan berbagai menu baru misalnya sempol daging sapi. Selama dua bulan masa Corona ini, Anshori mengaku sudah menguasai belasan resep penganan yang bisa menjadi varian pendapatan.
Sedangkan Yanti mencoba untuk membuat stik ubi. Penganan ini cocok untuk menyambut Lebaran. Intinya, apapun dilakukan untuk menyambung hidup.
“Pokoknya kalau bikin makanan, saya siap. Pasti bisa,” kata Anshori bersemangat. Ia akan mengumpulkan teman-temannya untuk mengolah ubi jalar. Anshori pun langsung merancang langkah untuk merealisasikan produksi penganan ini. (*)