Bacaini.id, KEDIRI – Momentum berburu ikan mabuk di sungai ternyata sudah dilakukan masyarakat sejak jaman Kerajaan Airlangga. Momentum ini bahkan tergurat dalam relief Candi Borobudur.
Pegiat sejarah dan budaya yang juga dosen sejarah Universitas Nusantara PGRI Kediri, Sigit Widiatmoko mengatakan kegiatan mencari ikan mabuk akibat penggelontoran bendungan (pladu) sudah terjadi di abad 10.
“Pada era Kerajaan Airlangga sudah dibangun bendungan yang jernih bernama Sapta Arga,” kata Sigit kepada Bacaini.id, Selasa 7 Maret 2023.
Bendungan itu menjadi jalur transportasi masyarakat dan selalu dijaga kebersihannya. Kala itu bendungan dan sungai juga menjadi pusat aktivitas masyarakat yang mencari ikan sebagai makanan utama. Jejak ini masih tergurat di relief Candi Borobudur.
Seperti yang dilakukan zaman sekarang, pembersihan bendungan di era Kerajaan Airlangga juga dilakukan dengan metode pengurasan. Sehingga fenomena orang berburu ikan mabuk di bantaran sungai sudah dilakukan sejak dulu.
“Seiring perkembangan teknologi informasi, istilah pladu cepat populer di masyarakat. Tidak hanya mencari ikan, pladu juga menjadi wisata atau kesenangan,” kata Sigit.
Istilah pladu, menurut Sigit, sudah berkembang cukup luas. Tidak hanya pada momentum pengurasan air bendungan, tetapi juga metode lain yang dipakai untuk membuat ikan mabuk juga disebut pladu.
Di jalur Sungai Brantas, pladu dilakukan oleh pengelola Waduk Wlingi dan Lodoyo Blitar. Selain membersihkan dasar waduk dari endapan, pladu juga untuk menjaga ekosistem air dengan menebarkan benih ikan baru.
Masyarakat pun berbondong-bondong mencari ikan di Sungai Brantas yang mabuk karena pusaran air. Mereka menangkap dengan alat sederhana seperti kail dan jala untuk menangkap ikan mabuk.
Penulis: Novira Kharisma
Editor: Hari Tri Wasono
Tonton video: