Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Benda diduga peninggalan Kerajaan Majapahit ditemukan warga di Desa Podorejo, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung. Benda yang belum diketahui bentuknya itu ditemukan tak jauh dari penemuan arca dwarapala dan patung kepala naga.
Pamong Budaya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung, Winarto mengungkapkan dua benda bersejarah itu diduga peninggalan era Majapahit. Sebaran benda padat itu tak terlihat pasti bentuknya. Lokasi penemuannya tak jauh dari arca dwarapala dan patung naga yang ditemukan sebelumnya.
“Kelihatanya disini dulu sebagai patirtan. Ini melihat dari patung dwarapala dan patung naga. Tapi untuk kepastiannya menunggu dari Tim BPCB,” ungkapnya kepada Bacaini.id, Minggu, 20 Maret 2022.
Atas penemuan ini Pemkab Tulungagung sudah bersurat kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) untuk dilakukan pra evakuasi dan evakuasi. Sebab diduga masih ada beberapa arca yang terpendam.
Ketua Tim Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Bandung, Hidayat mengatakan pihaknya telah melakukan penelitian di sekitar lokasi penemuan benda tersebut. Dalam penelitian, Hidayat menggunakan dua metode yakni gradiomagnetik dan georadar.
“Dua metode ini dapat mendeteksi benda di kedalam tanah dangkal. Nanti akan muncul anomali. Targetkan kami anomali yang muncul dapat merepresentasikan benda-benda bernilai sejarah,” paparnya.
Dari hasil penelitian sementara, ditemukan beberapa anomali yang cukup tinggi di daerah sekitar penemuan arca. Secara kebetulan arca yang ditemukan berbahan batu andesit yang memiliki anomali tinggi. Namun tidak dapat serta merta menyimpulkan jika benda itu adalah arca.
“Jadi munculnya anomali itu tidak selalu arca atau candi. Karena anomali bisa muncul di beberapa benda seperti pondasi bangunan atau pecahan batu andesit. Maka dari itu, untuk membuktikan kami harus berkolaborasi dengan arkeolog,” jelasnya.
Dia menambahkan, dari luasan yang diteliti yakni 14×30 meter, ditemukan sekitar 20 titik anomali pada radius tiap 2 meter. Data ini selanjutnya akan diproses dan bisa menjadi rekomendasi kepada arkeolog agar eskavasi tidak dilakukan secara sporadis.
Penulis: Setiawan
Editor: HTW
Tonton video: