Bacaini.ID, KEDIRI – Suasana ramai terlihat di salah satu pos kamling Kelurahan Setono Gedong, Kecamatan Kota, Kediri. Bukan oleh bapak-bapak yang nongkrong atau bermain kartu, melainkan anak-anak yang duduk di dalam pos.
Di depan mereka berdiri papan tulis putih dengan deretan kalimat Bahasa Inggris. Satu per satu anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar ini mengeja tulisan yang terpampang. “Good night. How do you do?” kata seorang bocah dengan terbata-bata.
Dengan malu bocah laki-laki itu melanjutkan rangkaian kalimat berbahasa Inggris di papan tulis. Di sampingnya duduk seorang pengajar yang mendampingi anak-anak Kelurahan Setono Gedong ini belajar.
Kegiatan belajar Bahasa Inggris ini sudah berlangsung cukup lama di Kota Kediri. Berbeda dengan Kampung Inggris di Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri yang berbentuk lembaga formal, di sini anak-anak di tempat-tempat yang bisa dimanfaatkan. Mulai pos kamling, ruang pertemuan RT, hingga warung kopi.
Program ini bernama English Massive yang kerap disingkat menjadi EMAS. Ini adalah program pembelajaran Bahasa Inggris secara gratis kepada warga Kota Kediri yang dilakukan secara non formal.
Program ini diluncurkan pertama kali pada Maret 2016 di era kepemimpinan Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar. Saat itu pemerintah melalui Dinas Pendidikan merekrut 44 tutor dan belasan native speaker untuk mengajar di 46 kelurahan dan spot-spot keramaian. Sasarannya mulai pelajar, tukang becak, pedagang pasar, dan semua warga yang ingin belajar.
“Ketika pertama kali diperkenalkan, EMAS tidak langsung bisa mendapatkan kepercayaan masyarakat. Cukup banyak yang ragu dan bertanya-tanya,” kata Mifta, salah satu penanggungjawab program EMAS, Jumat, 20 Desember 2024.
Hal itu dibenarkan Direktur EMAS sekaligus Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Kediri, Chevy Ning Suyudi. Ia menyebut progran ini digagas seiring mencuatnya isu pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada Tahun 2015, yang berdampak pada meluasnya pasar internasional. “Di sisi lain, warga Kota Kediri mengeluhkan mahalnya biaya kursus Bahasa Inggris,” kata Chevy.
Program EMAS fokus pada kemampuan berbicara atau speaking. Ini menjawab kebutuhan masyarakat yang secara formal sudah mendapatkan pembelajaran Bahasa Inggris, namun kesulitan ketika harus berbicara dengan Bahasa Inggris.
Sebagai program baru yang membutuhkan keterlibatan banyak orang, Pemerintah Kota Kediri sempat kesulitan merumuskan konsepnya. Apalagi tidak ada kota lain yang melakukan hal itu sebagai bahan acuan. “Kita tidak bisa melakukan studi tiru atau mencari referensi program serupa. Akhirnya kami sering melakukan simulasi dan uji coba sendiri,” tambahnya.
Bukan hanya konsep pembelajaran, tantangan lain dari penerapan program ini adalah meyakinkan masyarakat bahwa program ini dikelola dengan profesional. Ini mengingat tidak adanya sarana prasarana yang memadai untuk belajar, hingga menggunakan fasilitas umum yang tersedia seperti balai RT dan pos kamling.
“Kami tidak memiliki kantor. Komunikasi dilakukan melalui WA Grup yang kami beri nama English Massive Tower, layaknya sebuah gedung perkantoran yang megah,” kata Chevy tertawa.
Konsep pembelajaran dirancang oleh Dinas Pendidikan dibantu guru Bahasa Inggris SMP, SMA di Kota Kediri, serta Universitas Islam Kadiri. Di luar perkiraan, sejak diluncurkan Tahun 2016 peminatnya besar sekali. Sehingga pemerintah merekrut tutor tambahan.
Ironisnya, antusiasme peserta ini tidak diikuti dengan ketersediaan tempat belajar. Selain pos kamling dan balai RT, warga merelakan musholla dan teras rumah mereka untuk belajar. Antusiasme ini dipicu metode belajar yang menyenangkan seperti game, kuis, story telling, drama dll.
Tahun 2018 menjadi masa keemasan program EMAS dengan jumlah peserta mencapai 4.000 siswa. Sejak saat itu, Pemkot Kediri makin mengedepankan kualitas program. Sehingga meskipun gratis tetapi berkualitas dan terstandar, baik penyusunan kurikulum, standarisasi tutor, leveling test, hingga presensi kehadiran peserta.
Seiring perjalanan waktu, program EMAS dikenal masyarakat luas hingga luar daerah. Tak sedikit yang berkunjung ke Kota Kediri untuk melihat langsung proses pembelajaran Bahasa Inggris yang dilakukan dengan sporadis dan gratis. Program ini makin memikat dengan beragam kompetisi Bahasa Inggris bagi peserta didik.
Saat ini tercatat jumlah peserta aktif program EMAS mencapai 3.373 siswa, dengan 154 spot atau tempat belajar, 246 kelas, dan 39 tutor. Banyaknya jumlah peserta didik dan masif ini menarik perhatian Museum Rekor Indonesia (MURI) menyematkan penghargaan atas program EMAS pada Tahun 2024.
Dengan penghargaan ini, EMAS diharapkan tetap menjadi pusat pembelajaran Bahasa Inggris di Kota Kediri, dan bisa diakui sebagai ekstrakurikuler di sekolah.
Selain berkontribusi pada edukasi, EMAS juga menjadi salah satu pilar Smart City (Kota Cerdas) Kota Kediri, yakni Smart Society (Masyarakat Cerdas). “Terbukti, pada Tahun 2023, Smart City Kota Kediri meraih skor 3,200 dengan kategori Baik,” kata Apip Permana, Kepala Dinas Kominfo Kota Kediri.
Penulis: Hari Tri Wasono