Bacaini.ID – Jakarta. Penggemar sepak bola tanah air kembali dikecewakan oleh ulah wasit FIFA. Pada laga pertandingan Indonesia vs Bahrain dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 pada (10/10/2024). Indonesia jika sebelumnya telah unggul, pada perpanjangan waktu akhirnya ditahan imbang 2-2 oleh Bahrain. Pasalnya dalam pengumuman tambahan waktu wasit Ahmed Al Kaf asal Oman mengumumkan 6 menit sehingga seharusnya menjadi 90 + 6 menit, namun wasit Ahmed baru meniup peluit pada menit ke 9, menjadi lebih panjang tidak sesuai dengan pengumuman di awal.
Kontroversi wasit sepak bola dan hampir semua cabang olah raga lainnya di tanah air maupun perhelatan internasional sering kali terjadi. Profesi ini memang rawan suap dan intervensi. Dari mulai pemilihan pertandingan oleh komite terhadap wasit yang akan memimpin pertandingan hingga suap secara langsung atau melalui orang terdekat wasit sering terjadi dan menjadi skandal. Kejadian hakim mendakwa Barcelona dan mendenda melakukan kejahatan suap wasit. Los Cules terbukti membayar eks wakil presiden Komite Wasit, Jose Maria Enriquez Negreira dalam kurun waktu 2001-2018 sebanyak EUR 7,5 juta. Indonesia sendiri sampai membuat Satgas Anti Mafia Bola dan Bareskrim Polri menetapkan beberapa wasit sebagai tersangka karena terlibat dalam mafia bola dan melakukan pengaturan skor.
Pada laga pertandingan sepakbola PON 2024, antara Aceh dan Sulawesi Tengah, wasit Eko Agus Sugiharto karena dinilai berat sebelah akhirnya memicu kemarahan pemain Sulteng karena memberikan dua kartu merah dan dua penalti untuk Aceh dan memicu terjadinya pemukulan yang membuat wasit jatuh pingsan tersungkur di lapangan. Mafia wasit, pengaturan pemilihan wasit dalam setiap pertandingan dan perilaku wasit dalam beberapa kejadian kontroversi tersebut tidak hanya mengakibatkan pertandingan tidak fair tetapi juga merusak kualitas pertandingan dan menjadikan budaya buruk pengaturan skor dan suap menjadi sebuah hal umum dan lumrah.
Perilaku buruk wasit ini tidak menutup kemungkinan dalam beberapa tahun kedepan memberikan peluang mengurangi wasit atau menggantikan peran wasit dalam sepakbola dengan teknologi robot dan kecerdasan buatan (AI), meskipun penggantian total wasit manusia masih menjadi perdebatan. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai kemungkinan ini:
- Penggunaan Teknologi yang Ada
Teknologi seperti Video Assistant Referee (VAR) dan sistem garis gawang sudah digunakan untuk membantu wasit dalam pengambilan keputusan. VAR, yang diperkenalkan pada Piala Dunia 2018, bertujuan untuk meningkatkan akurasi keputusan dalam situasi kontroversial, seperti gol, penalti, dan kartu merah. Peralatan VAR telah meningkatkan keakuratan apalagi jika jumlah camera CCTV lebih banyak, meskipun prosesnya sering kali memakan waktu dan dapat mengganggu aliran permainan meski dampaknya terhadap aliran permainan tidak signifikan. - Kemajuan AI dalam Olahraga
Kecerdasan buatan (AI) sudah mulai diterapkan dalam analisis pertandingan dan pengambilan keputusan taktis. Dengan kemampuan untuk menganalisis data besar, AI dapat membantu pelatih dalam merancang strategi dan mengidentifikasi kekuatan serta kelemahan tim. Selain itu, AI dapat mempercepat proses VAR dengan menganalisis video secara otomatis dan mendeteksi offside secara real-time, yang dapat mengurangi kesalahan wasit karena pandangan mata terhalang dan mungkin faktor kelelahan. - Potensi Penggantian Wasit
Seorang ahli memperkirakan bahwa dalam 30 tahun ke depan, robot berbasis AI mungkin dapat menggantikan wasit dalam sepakbola. Dengan peningkatan jumlah kamera dan teknologi visi komputer, AI diharapkan dapat membuat keputusan yang lebih baik daripada wasit manusia. Dalam hal ini, hakim garis mungkin menjadi yang pertama dihilangkan, mengingat tugas mereka yang lebih mudah di otomatisasi atau digantikan dengan robot. - Tantangan dan Keterbatasan
Meskipun teknologi menawarkan banyak potensi, ada tantangan yang harus dihadapi. Keputusan dalam sepakbola sering kali melibatkan nuansa dan konteks yang sulit untuk diprogram ke dalam sistem AI meskipun oleh mesin AI dan Machine Learning hal ini dapat diberikan algoritma dan pelatihan serta dukungan Big Data. Selain itu, interaksi manusia dan aspek emosional dalam olahraga juga penting, yang mungkin tidak dapat sepenuhnya ditangkap oleh teknologi. Namun hal ini bukan berarti sesuatu yag tidak mungkin. Mungkin dan sudah didepan mata kita.
Efek Buruk Wasit Tidak Adil
Maraknya mafia bola, pengaturan skor dan sikap tidak profesional wasit membuka peluang penerapan dan penggunaan robot dengan dukungan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menggantikan peran wasit garis maupun wasit lapangan. Hal ini menjadi sebuah ironi yang terjadi ditengah upaya para stakeholder yang berupaya meningkatkan kesejahteraan wasit agar tidak rawan suap dan terlibat dalam mafia bola.
Kondisi ini seharusnya menjadi para wasit olah raga introspeksi diri dan semakin profesional agar perannya tidak digantikan oleh teknologi tetapi didukung oleh teknologi agar tidak menambah daftar panjang jumlah pengangguran dan hilangnya profesi pekerjaan karena hadirnya teknologi canggih kecerdasan buatan karena ulah manusia itu sendiri. Selain dampak perilaku buruk ini terhadap pembinaan olah raga bagi anak-anak akan memberikan efek dan citra buruk serta pendidikan mental yang negatif yang menjadikan mereka generasi yang berpikir, jika menang harus curang, harus “kong-kalikog” dengan wasit atau menyuap wasit sehingga membuahkan hasil para atlet yang buruk pula.
Penulis : Danny Wibisono
Editor : A.K Jatmiko