Bacaini.id, KEDIRI – Paska tragedi di Stadion Kanjuruhan, Aremania, mendapat intimidasi dari sejumlah pihak. Bahkan hingga hari ini, perlakuan tersebut masih terus terjadi terhadap fans fanatic Arema FC itu.
Koordinator Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya Pos Malang, Daniel Siagian mengatakan, perlakuan tersebut dialami oleh sejumlah suporter yang secara tidak langsung menjadi saksi dalam insiden yang terjadi pada 1 Oktober 2022 lalu.
“Salah satu yang bisa kami kabarkan bahwa teman-teman suporter yang Alhamdulillah masih selamat, saat ini sangat rentan terhadap teror dan intimidasi sebagai saksi, terlebih mereka yang mengambil dokumentasi di lapangan,” kata Daniel, Rabu, 5 Oktober 2022.
Dalam konferensi pers Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang disiarkan langsung melalui YouTube tersebut, Daniel memang tidak menyebutkan siapa atau pihak mana yang melakukan intimidasi dan juga teror terhadap suporter yang menjadi korban selamat pada insiden tersebut.
Meski demikian, dia menyebutkan bahwa paska insiden tersebut, di Kota Malang banyak spanduk-spanduk dan juga banner yang terpampang di sejumlah titik bertuliskan protes dan semacamnya.
“Banyak bertebaran, ada yang bertuliskan usut tuntas kejadian di Kanjuruhan, ada juga yang menyebut aparat pembunuh. Namun di sisi lain, banyak solidaritas yang datang dari berbagai daerah dengan menggelar doa bersama, termasuk di area Stadion Kanjuruhan,” bebernya.
Daniel mengungkapkan bahwa pihaknya bakal terus mengawal kejadian ini. Karena, banyak fakta masih harus didalami, seperti adanya pelanggaran hukum dan HAM, akurasi data korban, penyalahgunaan senjata dan masih banyak lagi.
“Kami masih mendalami banyak hal yang seharusnya dapat terungkap,” imbuhnya.
Sementara itu, konferensi pers Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Sektor Keamanan bersama Korda Aremania tersebut juga menghadirkan salah satu perwakilan suporter dari Malang.
Pria yang dipanggil Mas Hu tersebut mengungkapkan bahwa hingga saat ini, suporter Aremania masih belum melakukan gerakan yang signifikan. Pasalnya, sebagai bentuk solidaritas, para korban selamat juga keluarga korban masih terus melakukan doa bersama.
“Setiap malam kami melakukan doa bersama. Dalam hal ini kami fokus menggelar tahlilan di Kanjuruhan, begitu juga di rumah teman-teman yang meninggal dunia. Jadi kami akan selesaikan doa dulu sampai tujuh hari,” terangnya.
Selain itu, dia juga menjelaskan kronologi yang terjadi pada malam insiden itu terjadi. Suporter yang menonton pertandingan di tribun VIP itu secara gamblang menceritakan kelalaian petugas kemanan.
Bahkan dia menyaksikan ketika adanya korban pingsan akibat gas air mata yang ditolak petugas pengamanan memakai seragam hitam lengkap dengan tameng dan pentungan saat diminta tolong melakukan evakuasi.
“Saya lihat dengan mata kepala saya sendiri dan masih ingat jelas, ada dua korban perempuan yang dibopong dua orang suporter laki-laki maksudnya minta tolong karena temannya pingsan, tapi tidak digubris,” ceritanya.
Menurutnya, penolakan evakuasi korban perempuan itu sampai tiga kali terjadi. Saat penolakan yang ketiga kalinya, suporter yang mungkin merasa frustasi karena upaya penyelamatan malah dihalang-halangi akhirnya memberanikan diri memberontak dengan menendang tameng petugas.
Bukannya membantu, petugas pengamanan itu malah berbuat arogan membalas perlakuan suporter. Mas Hu juga yakin, petugas pengamanan yang melakukan penolakan ada empat orang, selain menolak petugas juga mendorong suporter menggunakan tameng.
“Saya lihat ada tiga kali penolakan yang dilakukan oleh empat orang yang sama. Mereka adalah anggota brimob, mereka juga yang menembakkan gas air mata dengan membabi buta. Saya tegaskan ada upaya menghalang-halangi dari mereka, padahal suasananya sudah tidak karuan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Mas Hu juga mengungkapkan bahwa pihak Aremania benar-benar diimbau untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan statement terkait dengan insiden kemanusiaan di Stadion Kanjuruhan. Hal tersebut mereka lakukan untuk meminimalisir atau mengantisipasi terjadinya hal yang malah membuat perkara ini keluar dari fokus tujuan mereka untuk mengusut tuntas.
“Kami selalu saling mengingatkan dan sepakat, kalau ada wawancara, sampaikan apapun sesuai terlihat. Jangan ditambah maupun dikurangi, apalagi info yang masih ‘katanya ataupun kira-kira’. Sedikit apapun, sampaikan apa adanya. Saya juga minta kepada teman suporter yang lain, lebih baik tidak usah bikin status yang macam-macam, mau dari WA, medsos, apapun lah, saya minta ngerem dulu,” tandasnya.
Untuk diketahui, YLBHI sendiri juga sudah membuka posko bantuan untuk korban dan keluarga korban tragedi di Stadion Kanjuruhan, 1 Oktober 2022. Sesuai dengan kultur Jawa Timur, karena memang masih dalam suasana duka, pihaknya akan mendampingi Aremania setelah tujuh hari para korban meninggal dunia dikebumikan.
Penulis: Novira