Bacaini.ID, KEDIRI – Namanya domestic thrill syndrome (DTS).
Perasaan senang yang dirasakan oleh seorang pria ketika dimarahi pasangan setelah melakukan kesalahan.
Survei baru-baru ini menyebut sebanyak 78 % pria mengalami domestic thrill syndrome ini.
Sejumlah ahli menjelaskan domestic thrill syndrome sebagai kecenderungan sebagian pria yang merasa lebih ‘hidup’ atau terhubung secara emosional ketika menerima teguran dari pasangan mereka.
Meskipun terdengar aneh, fenomena ini memiliki penjelasan ilmiah yang berkaitan dengan psikologi hubungan dan dinamika emosional.
Mengenal Domestic Thrill Syndrome
Domestic Thrill Syndrome merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perasaan lega atau bahkan senang, bahagia, ketika seseorang mendapat teguran dari orang yang dicintainya.
Dalam konteks hubungan romantis, teguran ini sering kali dianggap sebagai tanda perhatian dan keterlibatan emosional.
Fenomena ini muncul karena beberapa pria memiliki pola pikir bahwa kemarahan pasangan menunjukkan kepedulian dan ingin memperbaiki hubungan.
Berikut hasil survei oleh situs hubungan Relationship Insights Asia pada 2024 terhadap 1.500 responden pria di Asia Tenggara.
• 78% pria merasa senang dimarahi pasangan setelah melakukan kesalahan, karena merasa diperhatikan.
• 22% pria mengaku lebih suka dimarahi secara privat, bukan di depan umum, karena menyangkut harga diri.
• 65% pria mengatakan teguran membuat mereka lebih sadar akan kesalahan dan berusaha memperbaikinya.
Data ini menunjukkan bahwa teguran dalam hubungan memiliki peran yang lebih kompleks daripada sekadar kemarahan.
Sebab Pria Menyukai Teguran Pasangan
Ada beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi fenomena ini:
• Validasi Emosional
Dimarahi sering kali ditafsirkan sebagai bukti bahwa pasangan peduli. Jika pasangan benar-benar tidak peduli, ia mungkin akan memilih diam atau bahkan meninggalkan hubungan tersebut.
• Pola Asuh Masa Kecil
Beberapa pria tumbuh dalam lingkungan di mana teguran adalah bentuk kasih sayang, misalnya ketika orang tua menunjukkan cinta melalui disiplin ketat. Pola ini bisa terbawa hingga dewasa.
• Adrenalin dan Rasa Tantangan
Teguran memicu respons stres ringan yang meningkatkan adrenalin.
Beberapa orang justru menikmati sensasi ini karena membuat hubungan terasa dinamis.
• Peluang untuk Perbaikan
Teguran memberi arah yang jelas tentang apa yang salah, sehingga pria dapat memperbaiki diri dan merasa hubungan berjalan ke arah yang lebih baik.
Risiko dalam Domestic Thrill Syndrome
Meskipun tampak positif, fenomena ini bisa berisiko jika tidak dikelola dengan baik:
• Ketergantungan pada konflik. Beberapa pasangan justru merasa hubungan tidak ‘hidup’ tanpa teguran atau pertengkaran.
• Pelanggaran batas. Jika teguran berubah menjadi kekerasan verbal atau emosional, hubungan bisa menjadi toksik.
• Menurunnya komunikasi sehat. Jika satu pihak hanya fokus pada teguran, komunikasi yang lebih konstruktif bisa terabaikan.
Penting untuk mengetahui dan membedakan antara teguran sehat dan abusive.
Teguran sehat bersifat membangun, sementara teguran abusive cenderung menjatuhkan harga diri pasangan.
Bagaimana Menangani Fenomena Ini
Jika terjebak dalam DTS, ada beberapa cara untuk menjaga hubungan tetap sehat:
• Komunikasi terbuka. Bicarakan perasaan masing-masing tentang teguran dan bagaimana cara yang tepat untuk menyampaikannya.
• Tetapkan batasan. Pastikan teguran tidak melibatkan kekerasan verbal atau merendahkan di depan umum.
• Gunakan pendekatan positif. Tegur dengan cara yang membangun, misalnya memberi solusi, bukan hanya mengritik.
• Evaluasi hubungan. Jika teguran menjadi sumber ketergantungan atau konflik, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau konselor hubungan.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif