KEDIRI – Kepolisian Resor Kediri Kota melakukan simulasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Desa Manyaran, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri. Simulasi ini untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran di musim pancaroba.
Dipimpin Kapolres Kediri Kota AKBP Miko Indrayana, simulasi yang dilakukan di Dusun Ngesong, Desa Manyaran ini melibatkan Perhutani, Damkar, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan TNI. “Di musim pancaroba ini angin semakin besar. Perhutani sudah memetakan daerah-daerah mana yang berpotensi terjadi kebakaran,” kata Miko Indrayana, Rabu 14 Oktober 2020.
Untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan di lereng Gunung Klotok, Miko mengajak masyarakat yang bermukim di kawasan hutan mempelajari teknik penanggulangan kebakaran. Peran mereka sangat penting karena paling dekat dengan lokasi dan memungkinkan melakukan tindakan cepat.
Kapolresta berharap semakin sering dilakukan sosialisasi, edukasi, dan simulasi seperti ini, masyarakat sekitar menjadi lebih terlatih dan sigap dalam penanggulangan bencana Karhutla.
Koordinasi Keamanan (Korkam) KPH Perhutani Kediri Benny Mukti mengatakan pihaknya sudah melakukan pemetaan untuk daerah rawan kebakaran. “Sudah kami lakukan pemetaan, ada 100 hektar daerah rawan kebakaran. Faktor pemicu kebakaran ada tiga, sumber api, oksigen, dan bahan bakar,” jelas Benny.
Secara administrasi wilayah hutan yang masuk kawasan Polres Kediri Kota adalah seluas 12.500 hektar. Disinggung tentang kendala penanganan kebakaran, Benny menyebut keterbatasan peralatan. Menurutnya, untuk membawa peralatan ke atas gunung akan sulit. Karena itu himbauan untuk sigap dan siaga bisa mencegah terjadinya kebakaran yang lebih besar.
“Jadi kami memakai alat praktis yang bisa digunakan, seperti ranting untuk memadamkan api sebelum menjadi lebih besar dan kuat,” kata Benny.
Dalam simulasi tersebut, pemadaman api dilakukan dengan cara manual. Lokasi berada di Gunung Klotok petak 128 yang merupakan titik rawan kebakaran.
Kepala Resor Pengelolaan Hutan (KRPH) Sutarno mengatakan, pemadaman manual dilakukan dengan memanfaatkan gepyok dan ilaran untuk melokalisir api. Petak 128 yang rawan terbakar merupakan kawasan tanaman Jati.
Menurut Sutarno faktor utama terjadinya kebakaran hutan adalah manusia. “Selain menebang pohon, berburu hewan lalu kemudian dibakar, membuang puntung rokok, jadi tetap kesalahan manusia sebenarnya,” katanya.
Walaupun begitu, Sutarno mengaku belum pernah menemukan orang yang melakukan pelanggaran itu. (Novira Kharisma)