Bacaini.id, KEDIRI – Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam BEM Kediri Raya menggelar aksi di Gedung DPRD Kabupaten Kediri. Aksi ini merupakan aksi lanjutan 11 April 2022, kemarin.
Datang dengan menyanyikan yel-yel dan juga orasi, para mahasiswa meneriakkan penolakan penundaan pemilu sekaligus perpanjangan masa jabatan Presiden. Namun, dalam aksi ini, mereka lebih menekankan terkait dengan kesulitan ekonomi yang tengah dihadapi masyarakat.
“Inti dari tuntutan kami adalah agar wakil rakyat ini menuntaskan adanya mafia minyak juga melakukan penstabilan harga BBM,” kata Andri Valentino, korlap aksi di Depan Gedung DPRD Kabupaten Kediri, Selasa, 12 April 2022.
Menurutnya, saat ini masyarakat sedang antusias menyambut bulan Ramadan dan Idul Fitri yang pertama kalinya setelah dua tahun dilakukan secara terbatas akibat pandemi Covid 19. Bersamaan dengan itu sejumlah masalah baru malah muncul dan kembali menjadi beban masyarakat.
“Minyak goreng saja belum tuntas, sekarang tambah lagi harga BBM naik akhirnya terjadi juga kelangkaan. Ini terjadi pada momen Ramadan yang sudah dua tahun absen, kok malah dipersulit lagi,” imbuhnya.
Mewakili aspirasi masyarakat dan juga tuntutan mahasiswa, Andri mengatakan bahwa naiknya harga BBM jenis Pertamax ini salah sasaran. Pertamax dikatakan sebagai BBM yang digunakan mayoritas masyarakat menengah ke atas, namun kenyataannya berbeda.
“Pertamax itu didistribusikan ke desa-desa dan daerah yang mayoritas warganya itu golongan menengah ke bawah. Sedangkan di kota, pengguna Pertamax malah beralih ke Pertalite, sehingga konsumen Pertalite membeludak akhirnya terjadi juga kelangkaan. Harusnya segera ada solusi agar masalah ini tidak berlarut-larut,” bebernya.
Dalam aksi tersebut sempat terjadi saling dorong antara pendemo dengan aparat kepolisian yang menghalangi mereka saat mencoba masuk ke halaman Gedung DPRD. Bahkan terjadi insiden dimana megaphone korlap aksi direbut paksa oleh petugas.
Beruntung insiden tersebut dapat diredam dan tidak berlanjut saat Ketua DPRD Kabupaten Kediri, Dodi Purwanto keluar dari dalam gedung untuk melakukan audiensi dengan massa aksi. Para mahasiswa pun akhirnya mundur dan duduk bersama menyampaikan aspirasi mereka.
Menurut Dodi, apa yang disampaikan oleh massa aksi masih dalam batas kewajaran. Bahkan dia mengapresiasi apa yang dilakukan para mahasiswa yang disebutnya sebagai aset bangsa.
“Mereka berani menyuarakan aspirasi mewakili masyarakat itu sangat baik. Sebagai aset bangsa, maka kami pun harus mengarahkan, meluruskan kebenarannya agar mereka tidak salah jalan. Saya rasa tuntutan sudah jelas dan akan kita teruskan ke DPR RI sesuai dengan permohonan adik-adik mahasiswa,” tandasnya.
Penulis: Novira