Bacaini.id, TRENGGALEK – Rangkaian kegiatan pemilihan Putri Otonomi Indonesia (POI) 2024 dimanfaatkan Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin mengajak para finalis melakukan tranplatasi terumbu karang di Pantai Mutiara Trenggalek Rabu (5/6/2024).
Rangkaian kegiatan itu juga bersamaan dengan HUT ke-24 APKASI. Melalui acara Mutiara Underwater Festival and Conservation (MUF ON), 15 finalis POI diajak melakukan aksi jaga lingkungan.
Bupati Trenggalek Nur Arifin menggaungkan pesan move on dan kembali menjaga alam. Hal itu untuk menyikapi perubahan iklim ekstrem yang berpengaruh buruk bagi kehidupan saat ini.
Apa yang disampaikan Nur Arifin sejalan dengan cita-cita Kabupaten Trenggalek menuju Net Zero Carbon 2045. Melalui ajang Putri Otonomi Indonesia cita-cita menjaga ekologi bisa ditangkap seluruh daerah di tanah air.
“Kalau dulu kita mempertahankan nyawa dengan memperjuangkan kemerdekaan. Namun sekarang banyak yang kehilangan nyawa karena krisis iklim yang parah, yang mengakibatkan bencana alam, krisis pangan dan juga perebutan sumber energi yang memicu perang dan juga wabah,” kata bupati yang akrab disapa Mas Ipin itu.
Aksi yang berjalan diharapkan bisa memberi penyelamatan lingkungan dari ancaman krisis iklim yang dari hari ke hari semakin ekstrem. Lebih jauh, dalam jangka panjang unit karbon bisa menjadi pendapatan daerah setelah dikonversi sebagai blue karbon
“Jadi kerangka globalnya, sekarang kita ingin menghitung berapa sih kemampuan serapan karbon yang ada di Kabupaten Trenggalek. Baik di kawasan kehutanan, kawasan pesisir, maupun juga di ekosistem Kars karena juga termasuk bagian dari serapan karbon,” ungkap Mas Ipin.
“Kemudian berapa sih best line emisi karbon saat ini dan juga emisi gas lain seperti gas metan yang dikeluarkan oleh transportasi, energi, industri, kemudian rumah tangga di Kabupaten Trenggalek. Dan itu nanti yang kita susun apa saja sih langkah langkahnya,” tambahnya.
Wilayah Trenggalek dalam survey awal diketahui sudah netsink. Artinya terjadi keseimbangan antara emisi yang dilepas dan terserap. Sesuai data, Kabupaten Trenggalek setiap tahun melepas sekitar 3 juta karbon equivalent ton.
Namun yang berhasil terserap sebanyak 27 juta karbon ton equivalent/ tahun. “Sebenarnya kita masih surplus dan yang surplus-surplus itu nanti unitnya bisa kita monetisasi menjadi berkah untuk masyarakat dalam bentuk nila jual karbon dalam bentuk trading,” terangnya.
Ditanya mengenai perkembangan taman bawah laut, Bupati yang juga menjabat Wakil Ketua APKASI itu mengatakan kondisinya semakin membaik.
“Kemarin saya dapat video under water dari teman-teman sudah muncul anemon-anemonnya. Terus kemudian saya lihat ada ikan-ikan nemo dan ikan ikan lain yang sudah mulai muncul. Karena kawasan ini dulu terumbu karangnya korban dari pengeboman (bom ikan),” pungkasnya. (*)