Bacaini.id, JOMBANG – Tak banyak yang tahu jika ratusan ekor merpati yang berkeliaran di kompleks Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jombang adalah burung keramat. Burung itu diyakini menjadi penolak balak yang dibawa langsung oleh KH Abdul Wahab Chasbullah dari Mekah.
Kisah burung-burung keramat ini disampaikan oleh KH Mohamad Hasib Wahab, putra KH Abdul Wahab Chasbullah yang merupakan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama. Burung itu dibawa dari Mekah untuk dipelihara di tanah air.
“Setelah Abah selesai belajar di Mekah tahun 1914, beliau pulang ke tanah air dan berpamitan dengan takmir di Ka’bah. Abah diberikan burung merpati sebagai hadiah,” kata Gus Hasib, panggilan KH Mohamad Hasib kepada Bacaini.id, Kamis 15 April 2021.
Pada saat itu perjalanan dari tanah suci ke Indonesia masih menggunakan kapal laut. Dan burung merpati itu dibawa mengarungi lautan selama berhari-hari.
baca ini Melihat Kemegahan Majid An-Nur Yang Dikagumi Pemerintah Arab
Gus Hasib tak mengingat berapa ekor burung merpati yang dibawa pulang abahnya waktu itu. Yang jelas saat ini jumlah burung merpati yang memenuhi komples Ponpok Pesantren Bahrul Ulum Jombang mencapai ratusan ekor.
Awalnya burung-burung ini hidup di Pondok Selawe, pesantren yang menjadi cikal bakal Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jombang. Sejalan dengan perkembangan waktu, pesantren ini tumbuh dan berkembang sampai sekarang. Termasuk burung merpati yang dibawa Kiai Hasib dari Mekah.
Burung-burung ini berkeliaran di atas bangunan masjid, madrasah pondok, serta kediaman para pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum di Desa Tambakberas Jombang. Mereka dari satu bangunan ke bangunan lain. Keberadaan mereka menjadi ciri khas pondok pesantren yang memiliki 8.000 santri ini.
Anehnya, meski jumlahnya banyak yang berkeliaran bebas, tidak ada seorangpun yang berani memburu atau menangkap merpati itu untuk disembelih atau dimiliki. Termasuk para santri pesantren Bahrul Ulum sendiri. Alhasil populasi burung merpati ini terus bertambah hingga berjumlah ratusan ekor.
baca ini Kisah Gus Maksum Pendekar Rambut Api Dari Lirboyo
“Burung itu juga tidak takut pada manusia. Tapi tidak ada yang berani menangkap, malah memberinya makan,” terang Gus Hasib.
Usut punya usut, burung-burung ini ternyata dianggap keramat oleh para penghuni pondok dan masyarakat sekitar. Mereka mempercayai jika siapapun yang mengambil burung itu akan mendapatkan celaka atau balak. Namun sebaliknya, jika memberinya makan akan terhindar dari balak.
Cerita tentang burung keramat ini dialami sendiri oleh Gus Hasib. Ketika wabah cacar air melanda di kawasan itu, tidak ada satupun santri yang berjumlah ribuan yang terserang. Bahkan warga sekitar pondok juga terhindar dari wabah.
Dia teringat pesan abahnya untuk memelihara burung itu karena bisa menjadi tolak balak. Setiap sedekah makanan dan lainnya yang diberikan menjadi tolak balak. “Iki tolak balak, sopo sing ngingu manuk doro Insya Allah iso tolak balak,” kata Gus Hasib menirukan pesan abahnya.
Hal itu selaras dengan teladan Rasulullah yang gemar memelihara burung merpati. “Mungkin itu rahasianya mengapa Mbah Wahab suka memelihara burung dara,” imbuh Gus Hasib.
baca ini Sayembara KH Hasyim Asyari di Pondok Kapurejo
Saking pentingnya keberadaan burung-burung itu, pengasuh pesantren menunjuk seorang abdi dalem untuk merawat mereka. Setiap pagi dan sore dia memberi makan merpati dengan jagung. Dia juga menjaganya dari serangan binatang lain.
“Dalam sehari saya menghabiskan lima kilo jagung untuk makan mereka,” ujar Sodiq, juru pelihara merpati pesantren.
Tak hanya Sodiq, kadang para santri juga ikut memberinya makan yang turun saat ada keramaian. Mereka juga memiliki kebiasaan sendiri untuk tidur di dalam pagupon saat malama, tanpa seekorpun yang terbang liar.
Penulis: Syailendra
Editor: HTW
Tonton video: