Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Jika kamu berwisata ke Tulungagung cobalah berkunjung ke Candi Penampihan, sebuah situs yang terletak di lereng Gunung Wilis tepatnya Desa Geger, Kecamatan Sendang, Tulungagung.
Lokasi candi Penampihan sangat berbeda dengan tempat wisata lain. Suasana di kawasan candi sangat asri, sejuk dan dikelilingi kebun teh yang berada pada ketinggian 1.037 Mdpl.
Untuk bisa berwisata ke candi ini, kamu bisa lewat jalan raya Sendang menuju Desa Geger. Dari pusat kota Tulungagung, perjalanan dengan sepeda motor menempuh waktu 1 jam. Menjelang sampai, pemandangan sawah dan puncak Gunung Wilis terlihat begitu mempesona.
Saat sampai di Candi Penampihan, Bacaini.id bertemu dengan juru pelihara (jupel) candi, Winartin. Ia menceritakan sejarah, bentuk candi, hingga cerita mitos yang berkembang di masyarakat sekitar.
Konon, dahulu terdapat seorang tokoh Ponorogo yang mengalami penolakan lamaran oleh putri Kediri. Nah, sebagai tandanya, tokoh dari Ponorogo tadi melampiaskan dengan membangun Candi Penampihan.
baca ini : Pesona Gunung Kelud Yang Nyaris Lepas Dari Kediri
Juru Pelihara (jupel) Candi Penampihan Winartin mengatakan, candi ini merupakan peninggalan Raja Balitung, Raja Medang atau kerajaan Mataram Kuno.
Candi Penampihan ini juga menjadi saksi kehidupan kerajaan setelah Mataram Kuno, yaitu: Kediri, Singasari, dan Majapahit. Hal ini diperkuat dengan adanya prasati dengan tahun berbeda.
”Candi Penampihan merupakan candi berundak dari batu amdesit dengan memiliki tiga teras,” kata Winartin saat ditemui Bacaini.id pada Jumat, 12 Maret 2021.
Teras utama menjadi bagian induk yang terdiri dari sisa-sida bangunan candi. Dahulu terdapat arca naga, arca Siwa, dan lainnya. Kini dirawat di museum Wajakensis Tulungagung.
Pada sisi utara, terdapat sebuah candi kecil yang dinamakan candi perwara. Terdapat relief yang menggambarkan dua ekor gajah dan seekor kerbau menarik bajak yang dikendalikan seorang laki-laki pada bagian kaki candi. Relief ini sudah dibawa ke museum Trowulan Mojokerto.
baca ini : Menikmati Kopi Tubruk Kerinci Kaki Gunung Wilis
Unik, terdapat relief gambar gajah digunakan membajak sawah. Relief itu memperkuat daerah Penampihan sudah memiliki kegiatan bercocok tanam sebelum situs ini didirikan.
Dalam bangunan candi ini, terdapat dua prasasti. Yang pertama, prasasti berbahan andesit berbentuk persegi. Prasasti itu dikeluarkan tahun 898-910 Masehi.
Prasasti kedua dipahat di atas tujuh lempengan tembaga, dikenal juga dengan prasasti Sarwadharma berangka tahun 1191 S atau 1269 Masehi. Di dalam prasati juga disebutkan pembagian kasta, seperti brahmana, kstaria, waisya, sudra dan paria dalam kelompok masyarakat Hindu kala itu.
Di dekat candi terdapat dua kolam sumber mata air yang airnya jernih. Winartin mengaatakan dua kolam kecil itu bernama Samudera Mantana. Lalu, di sekitar candi, juga terdapat kebun teh Penampihan yang memiliki pernah jaya pada masa kolonial. ”Dahulu di kawasan sini kebun teh semua, sekarang tinggal sedikit di sekitar candi ini,” beber Winartin.
Winartin mengatakan, kegiatan rutin yang digelar yakni sela grebek satu Suro dengan selamatan tumpengan warga sekitar. ”Sebelum pandemi selamatan satu Suro sangat semarak, warga gotong royong menyiapkan aneka tumpeng,” tandasnya.
Penulis : Aris Syaiful Anwar
Editor : Karebet