KEDIRI – MHM (13 tahun) siswa MTs Hidayatus Sholihin, Desa Turus, Kecamatan Gurah diduga depresi hingga mengalami kelumpuhan akibat teguran keras dari salah seorang guru di tempat ia belajar.
Bacaini.id mencoba mengklarifikasi Nina Hidayanti, Kepala Sekolah MTs Hidayatus Sholihin, tempat MHM belajar. Dia mengakui bahwa salah satu guru mata pelajaran Akidah Akhlak sempat memarahi MHM. Dia beralasan MHM telah melakukan tindakan yang tidak pantas saat pelajaran berlangsung di dalam kelas.
“Waktu itu di kelas sedang diterangkan oleh salah satu guru, tiba-tiba dia berdiri membawa tas lalu berteriak kepada temannya yang kebetulan di luar sudah selesai KBM,” jelas Nina Hidayanti dalam konferensi pers di MTs Hidayatus Sholihin, Rabu, 23 Desember 2020.
Karena ulah tersebut, sang guru menegurnya dengan dengan kata-kata sebagai berikut, “Inilah pentingnya belajar Aqidah Akhlak, agar dapat menghormati orang tua dan guru, dan agar tidak seperti kakak dia,” kata Nina menirukan ucapan guru yang menegur MHM.
baca ini Bocah 13 Tahun Lumpuh, Orang Tua Menyebut Akibat Depresi
Disinggung mengenai kelumpuhan yang dialami MHM, pihak sekolah menolak menjadi penyebab utama sakit yang dideritanya. Sebab sejak dahulu MHM telah mempunyai sakit. Pada saat jam pelajaran, ketika sudah mengeluh pusing, pihak sekolah memulangkannya. “Anak ini sekolah di sini sejak MI (SD), hampir setiap Minggu Faiz sering mengeluh sakit kepala dan izin sakit. Bahkan ketika kelas 7, mengeluh pusing dan demam. Lalu diizinkan pulang,” kata Nina.
Selesai perkara tersebut, pada 2 Desember 2020, paman MHM memberikan surat keterangan sakit dari RSUD SLG yang menjelaskan kondisi keponakannya. MHM diketahui menderita meningitis. Pada saat itu, paman MHM juga menyampaikan keinginan keluarga untuk mendatangkan guru yang memarahi MKM ke RSUD SLG.
Namun, kala itu guru yang bersangkutan tidak langsung mendatanginya di rumah sakit lantaran pandemi yang masih tinggi. Apalagi rumah sakit yang dimaksud merupakan rumah sakit rujukan covid. “Karena kami tidak datang, akhirnya pada 5 Desember bapaknya menelpon mengolok-olok guru. Katanya guru tidak profesional,” katanya.
Setelah itu, pihak sekolah berusaha datang ke rumah sakit untuk melakukan mediasi dengan orang tua dan melihat kondisi MHM. Namun upaya tersebut tidak berhasil karena pihak rumah sakit tidak memperbolehkan pihak sekolah untuk menemui dengan alasan covid.
Sampai akhirnya beberapa hari kemudian kedua belah pihak bertemu untuk membahas duduk perkara sakitnya MHM. “Kami sempat menyerahkan santunan dan meminta maaf kalau ada salah kata. Keluarga sebenarnya sudah menerima, bapaknya kami tawari untuk melakukan klarifikasi dengan rumah sakit, lalu dia bilang, yang sudah biar sudah,” kata Nina.
Dengan dasar ucapan orang tua MHM yang telah menganggap perkara itu selesai, Nina merasa lega dan tidak pernah lagi membahas kasus tersebut. “Kalau orang tuanya berkata (di media), berarti tidak sesuai dengan apa yang telah diungkapkannya saat bertemu saya,” pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, MHM mengalami lumpuh sejak tanggal 18 November 2020. Orang tuanya meyakini MHM mengalami depresi berat hingga membuatnya sakit. Penyebabnya adalah teguran yang diberikan seorang guru sekolah yang membuat siswa itu terguncang. (Karebet)