Rumah Sakit Umum Daha Husada menggelar pelatihan Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Hingga kini masih banyak masyarakat yang belum mengetahui fungsi buku itu sebagai monitoring tumbuh kembang anak.
Pentingnya buku KIA ini disampaikan dalam forum pengabdian masyarakat yang dilakukan Fakultas Kedokteran Departemen Ilmu Kesehatan Anak Universitas Airlangga Surabaya di RSU Daha Husada, Sabtu 5 Desember 2020.
Kasi UKM Litbang RSU Daha Husada Yuniarti, S.K.M.M.Kes. mengatakan kegiatan ini untuk memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, khususnya ibu-ibu terkait pentingnya pengisian dan memahami buku KIA. “Menurut survei Kesehatan nasional (Surkesnas), 81,5 persen ibu-ibu memiliki buku tersebut, tetapi pemahamannya masih kurang,” jelas Yuniarti.
Padahal, menurut Yuniarti, buku KIA merupakan alat monitoring untuk memantau tumbuh kembang anak dan kesehatan ibu dan anak. Karena itu penting bagi ibu untuk memahami cara membaca buku tersebut. Apalagi di musim pandemi seperti ini, dimana intensitas kunjungan ke balai kesehatan sedikit terganggu.
Dalam kegiatan tersebut hadir kader Posyandu dan perwakilan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan. Peran kader Posyandu ini penting sebagai garda depan dalam penyuluhan buku KIA kepada masyarakat. Dengan mengikuti sosialisasi ini, kader Posyandu diharapkan bisa menyalurkan ilmu yang didapat kepada ibu-ibu di lingkungan mereka.
Yuniarti menambahkan, pendampingan kepada kader Posyandu tetap dilakukan setelah kegiatan tersebut. RSU Daha Husada menyediakan fasilitas konsultasi melalui aplikasi WhatsApp kepada mereka dalam memahami isi buku KIA. “Pelayanan tetap bisa berjalan lebih aman dan nyaman dengan WA,” terangnya.
Sementara itu pemateri dari Fakultas Kedokteran Departemen Kesehatan Anak Unair Prof. Dr. Irwanto, dr., SpA mengatakan angka stunting di Indonesia sampai saat ini masih tinggi. Buku KIA menjadi penting untuk mengetahui pertumbuhan anak. “Kemampuan membaca buku KIA juga berperan menurunkan angka stunting,” katanya.
Irwanto menjelaskan stunting bisa terjadi mulai dari awal proses reproduksi, saat hamil sampai anak usia dua tahun. Ketika nutrisi selama masa kandungan tidak bagus, maka berpotensi terjadi stunting.
Hasil penelitian terhadap 200 anak yang mengalami stunting terdapat perbedaan secara kognitif dan perkembangan motorik dibandingkan anak normal. Sedangkan yang mempengaruhi terjadinya stunting pada anak adalah faktor nutrisi dan lingkungan.
Karena itu pemahaman membaca buku KIA tak hanya menjadi domain ibu dan kader Posyandu, tetapi juga petugas kesehatan. “Maka kita harap kerjasama antara petugas kesehatan dan juga masyarakat untuk sama-sama belajar memahami fungsi buku KIA,” kata Irwanto.
Irwanto juga berharap pemanfaatan buku KIA ini bisa dirasakan masyarakat agar tetap bisa melakukan monitoring anak di rumah. “Tidak perlu datang ke petugas kesehatan, cukup dirumah, dan tentu lebih efektif di masa pandemi ini,” pungkasnya.
Pelatihan dan sosialisasi ini diikuti 30 peserta dari perwakilan 14 kelurahan di Kecamatan Mojoroto. Selain Prof. Dr. Irwanto, dr., SpA yang membawa empat dokter dari Surabaya, hadir pula dr. Chasan Ismail, spesialis anak RSU Daha Husada. (ADV)