Tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan mulai turun. Virus yang telah merenggut 1.6521 jiwa di Indonesia ini tak lagi dianggap ancaman.
Psikolog dari Brilian Exelent Psichology Kristika Sadtyaruni M.Psi., Psikologi, mengatakan masyarakat sudah mulai bosan dengan pandemi yang berkepanjangan ini. Ketaatan untuk mematuhi protokol kesehatan sangat berkaitan dengan aspek kepribadian seorang.
Kristika menjelaskan saat ini banyak yang beranggapan jika kondisi sudah kembali normal. Ketakuran dan kecemasan terhadap Corona sudah luntur dibanding saat pemerintah mengumumkan status siaga Maret 2020 lalu. Akibatnya protokol kesehatan tak lagi diindahkan.
baca ini Jebolnya Pertahanan VIP Dihantam Covid-19
Dari sisi psikologis, sikap untuk mengacuhkan kaidah perilaku sehat ini adalah bentuk kepribadian yang tidak bertanggungjawab, baik kepada diri sendiri maupun lingkungan.
”Orang yang punya tanggung jawab akan menghindari berkerumun. Karena dia bisa menulari orang lain juga,” kata Kristika kepada bacaini.id.
Selain kesadaran, hal lain yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah pengetahuan. Minimnya pengetahuan tentang bahaya Covid-19 akan mempengaruhi kewaspadaan seseorang dalam memandang virus ini. Karena tak menganggapnya sebagai ancaman, kesadaran untuk menjaga protokol mulai ditinggalkan.
baca ini Kapasitas Ruang Isolasi Rumah Sakit Mulai Menipis
Namun lagi-lagi Kristika mengembalikan dinamika ini pada kepribadian seseorang. Sebab tak sedikit justru sikap acuh ini dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan cukup tentang Covid-19.
Lamanya durasi ancaman virus corona, menurut Kristika, juga menjadi persoalan sendiri. Pandemi ini telah mengganggu psikologis masyarakat dan menimbulkan banyak reaksi. Seperti kecemasan berlebihan, marah-marah, stres dan tertekan karena aktivitas mereka dibatasi, tidak bisa sekolah, atau keterbatasan bekerja untuk menghidupi keluarga.
Di Kota Kediri, dampak pandemi telah banyak menimbulkan persoalan kejiwaan. Tak sedikit masyarakat yang berkonsultasi karena mengalami depresi dan gangguan emosi. “Kadang juga terjadi panic attack, seperti tiba-tiba sesak nafas dan tak bisa berpikir sesaat,” kata Kristika.
Namun demikian rata-rata pasien yang mengalami hal itu bukan hanya terkait covid, melainkan mempunyai penyakit mental bawaan yang diperparah dengan pandemi.
Bertuntung keputusan pemerintah untuk menerapkan ‘new normal’ cepat dilakukan. Hal ini secara langsung telah menyelamatkan masyarakat untuk melepaskan diri dari belenggu pandemi. Perlahan-lahan masyarakat mulai beradaptasi dengan situasi ini meski dengan harapan tak mengendurkan kewaspadaan diri.
“Gangguan psikologis ini mulai menurun seiring new normal diberlakukan. Sekarang orang sudah mulai survive dengan kondisi dan mereka sudah bisa beradaptasi,” pungkas Kristika.
Penulis: Karebet
Editor: HTW
Comments 1