Peringatan Hari Anak Sedunia tak berpengaruh pada Diah. Bocah 13 tahun ini mengaku minder pada keadaan hingga memutuskan berhenti sekolah.
Diah sudah tak bersekolah. Terakhir kali dia tercatat sebagai siswa kelas empat sekolah dasar. Anak-anak sebayanya sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Bocah yang tinggal di Desa Doko, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri cukup memprihatinkan. Apalagi alasannya tak melanjutkan sekolah juga mengejutkan; diejek temannya.
Dikunjungi Bacaini.id di rumahnya, Jumat 20 November 2020, Diah sedang asyik bermain kucing. Gadis cilik ini tak mempedulikan siapapun selain seekor kucing yang dipegangnya. Meski dicakar berkali-kali, Diah tak melepaskan tangannya dari kucing itu.
Saat ditanya tentang sekolahnya, Diah mengaku kelas empat sekolah dasar. Namun karena aktivitas sekolah dilakukan secara daring, dia tak sekolah.
Ketika ditanya tentang ponselnya yang dipergunakan untuk belajar, Diah menjawab sekenanya, “Sedang dibawa kakak, nanti dikembalikan”.
Pernyataan itu langsung dibantah Sarmi, ibunya. Perempuan berusia 52 tahun itu mengatakan Diah sudah tidak sekolah. Kata Sarmi, Diah berhenti sekolah karena sering diskors oleh gurunya. Diah pun membenarkan keterangan ibunya.
baca ini Diijinkan Menteri Pendidikan di Kediri Belum Jelas
Namun Diah membantah jika dirinya tak mau sekolah karena diskors. Dia mengaku tak ingin lagi bersekolah karena kerap diejek teman-temannya. “Sering diolok-olok, katanya saya bodoh, miskin, ibu saya juga dibilang tidak waras,” kata Diah sambil menunduk.
Diah merasa malu dan tidak punya teman. Ditambah lagi sejak pandemi berlangsung, aktivitas belajar dilakukan secara daring. Sementara Diah justru tidak memiliki ponsel.
Diah tercatat putus sekolah sejak pandemi berlangsung. Dia juga memiliki catatan buruk tentang akademisnya hingga kerap tak naik kelas.
baca ini Pemerintah Putuskan Belajar Tatap Muka Mulai Januari 2021
Sayangnya, Diah menyimpan sendiri semua persoalannya di sekolah. Bocah kecil ini tak punya nyali untuk menceritakan ejekan yang dialaminya di sekolah kepada ibunya. “Pokoknya saya tidak mau sekolah, nanti tidak punya hp saya diejek lagi, tidak mau,” kata Diah.
Ironisnya, tak hanya Diah yang menjadi bahan olokan di temannya. Mereka juga kerap menyebut ibunya tidak waras. Hal itu membuat Diah malu.
Seorang tetangga Diah mengatakan bahwa Sarmi memang sempat mengalami depresi karena persoalan rumah tangga. Ayah Diah juga telah meninggal karena sakit.
Saat ini Diah tinggal bersama ibu dan kakak perempuannya yang sudah menikah dan memiliki anak usia balita. Kakaknya bekerja di salah satu rumah sakit di Kediri. Karena kebutuhan yang banyak di situasi sulit ini, hidup mereka menjadi jauh dari layak.
Sarmi tidak bekerja. Setiap hari dia di rumah bersama Diah dan cucunya. Mereka tinggal di satu rumah kecil yang kurang terawat. Rumah sederhana itu bahkan tidak layak untuk ditinggali mereka berlima.
Diah adalah potret anak-anak yang kurang beruntung di sekitar kita. Mereka kerap terlihat baik-baik saja meski mengalami beban yang cukup berat. Baginya, tak ada pembeda hari anak dengan hari-hari biasa yang dilaluinya dengan keras.
Penulis: Novira Kharisma
Editor: HTW