Bacaini.ID, TRENGGALEK – Hunian sementara atau Huntara untuk warga Desa Ngrandu, Kecamatan Suruh Kabupaten Trenggalek yang terdampak bencana alam tanah gerak telah tersedia.
Pada Kamis (4/12/2025) Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa telah meresmikannya. Huntara Trenggalek dilengkapi fasilitas ekonomi berupa kandang domba komunal untuk warga.
Baca Juga:
- Kunjungan Ahli Geologi di Tambang Emas Trenggalek Tuai Polemik, Bupati: Hati-hati!
- Ratusan Warga di Trenggalek Mengungsi Karena Tanah Gerak
- Rumah Digempur Tanah Gerak, Sekeluarga di Trenggalek Bertahan
Menurut Gubernur Khofifah lokasi Huntara Trenggalek cukup strategis. Akses mudah dijangkau serta berdekatan dengan permukiman warga. Kemudian juga dimungkinkan jadi hunian tetap.
“Kalau ke depan akan dijadikan hunian permanen, perlu ada renovasi serta penataan rumah. Urusan status tanah dan pengelolaannya saya tugaskan kepada Bupati Trenggalek,” ujar Gubernur Khofifah Kamis (4/12/2025).
Di Huntara juga dilengkapi masjid dan lahan tanaman sayur. Kemudian juga peternakan domba dengan kandang sistem komunal. Diharapkan bisa memulihkan ekonomi warga yang terdampak bencana tanah gerak.
“Domba-domba ini akan menjadi bagian dari upaya pemulihan ekonomi. Sementara lahan tersisa dapat dimanfaatkan untuk sayuran yang bisa diolah warga,” terang Khofifah.
Gubernur Khofifah juga mengingatkan masyarakat Jawa Timur agar tetap waspada terhadap potensi bencana mengingat wilayah provinsi ini berada pada kawasan cincin api dunia.
“Mitigasi dan kewaspadaan harus terus ditingkatkan agar kita siap menghadapi risiko bencana,” tambahnya.
Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin atau Mas Ipin, mengapresiasi bantuan Pemprov Jatim untuk pembangunan Huntara bagi 27 kepala keluarga (KK).
Baznas dan Pramuka juga turut berkontribusi dalam pembangunan masjid di area tersebut. Sementara 11 KK lainnya yang terdampak bencana tetap tinggal di tanah milik sendiri.
Bupati Nur Arifin mengatakan lokasi Huntara dipilih berdasarkan aspek keamanan dan kedekatannya dengan permukiman warga, sehingga para penghuni tidak merasa terisolasi.
“Kami juga memanfaatkan lahan tidak terpakai menjadi kandang komunal dengan bibit domba unggul. Setiap tiga bulan bisa dipanen sehingga membantu perputaran ekonomi warga,” pungkasnya.
Penulis: Aby Kurniawan
Editor: Solichan Arif





