Bacaini.ID, KEDIRI – Warganet Malaysia dan Singapura ribut saling klaim cendol. Masing-masing merasa negara merekalah pemilik asli dessert ini.
Namun sebetulnya cendol adalah perkembangan dari dawet yang lahir di Ponorogo, Jawa Timur yang belum lama ini bupatinya terjaring operasi tangkap tangan (OTT) KPK.
Dawet Jabung, dawet asli Ponorogo, dikenal memiliki khasiat kesehatan. Dari resep dawet ini, munculah cendol yang juga berkembang di tanah Jawa.
Cendol diyakini berasal dari kata ‘jendol’, dalam bahasa Jawa dan Sunda bermakna bengkak atau gumpalan kecil.
Baca Juga:
- Ini Kuliner Khas Blitar Wajib Dicoba: Bisa Buat Oleh-oleh
- Rawon Terenak di Sudut Gang Kecil Kota Blitar: Wajib Coba!
- Cerita Mangut Lele yang Bikin Ngiler Megawati Setiap ke Blitar
Asal Usul Cendol Dawet
Dawet lebih dulu ada, dari bukti Prasasti Taji, Ponorogo di awal abad ke-10 dan tercatat dalam Serat Centhini di abad ke-19.
Prasati Taji selain menyebutkan tentang rarrawan (rawon) sebagai hidangan persembahan, juga menyebut tentang dawet yang berwarna bening.
Setelah hiatus beberapa lama karena dawet saat itu hanya sebagai sajian persembahan, di abad ke-15 pada zaman Bupati Ponorogo Bathoro Katong, dawet kembali diperkenalkan sebagai minuman yang berkhasiat obat.
Konon, dawet Jabung viral dimasanya karena secara ‘ajaib’ mampu menyembuhkan Warok Suro Menggolo yang terluka akibat perang.
Bathoro Katong lantas memperkenalkan dawet Jabung kepada kakaknya, Raden Fatah dari Kesultanan Demak.
Karena sangat menyukai minuman ini, Raden Fatah kemudian menjadikan dawet sebagai minuman keseharian di Kesultanan Demak.
Perkembangan dawet menjadi cendol, terjadi di era ini. Dawet Jabung yang originalnya berwarna bening lantas diberi tambahan warna hijau dari daun pandan.
Dawet pun menyebar sebagai minuman yang digemari masyarakat Jawa Tengah. Selain dianggap menyehatkan, dawet yang segar juga dikenal mampu memulihkan tenaga.
Karenanya, ketika Kesultanan Demak menyerang Portugis di Melaka, dawet menjadi minuman wajib pasukan Demak.
Melalui minuman ini, pasukan perang diharapkan dapat memulihkan tenaganya dan memiliki semangat perang yang tinggi. Dawet pun akhirnya dikenal di oleh masyarakat Melayu.
Perbedaan Dawet dan Cendol, dan Penyebarannya
Dawet merupakan versi original dari cendol sebelum dikembangkan masyarakat Jawa Tengah.
Resep asli dawet terbuat dari tepung beras atau tepung beras ketan. Dengan kuah santan dan gula aren sebagai pemanis.
Sementara cendol memiliki tekstur yang lebih kenyal dengan tambahan tepung hunkwe.
Pada perkembangannya, dawet dan cendol dianggap sama saja bagi sebagian orang. Penyebaran cendol ke berbagai wilayah termasuk di Asia Tenggara, diyakini sebagai akibat dari kolonialisme.
Minuman ini dibawa oleh para pedagang Hindi Belanda ke berbagai wilayah dan dikenal secara internasional.
Penambahan es pada minuman ini konon merupakan inovasi dari pedagang-pedagang di pelabuhan Malaysia yang memiliki akses es dari kapal berpendingin pada awal abad ke-19.
Jika kemudian beberapa negara mengklaim bahwa cendol adalah bagian kekayaan gastronomi negara mereka, membuktikan bahwa minuman ini telah ada sejak berabad-abad lampau dan diterima sebagai bagian dari budaya setempat.
Namun, catatan sejarah cendol atau dawet telah membuktikan bahwa Indonesia lah pemilik aslinya. Museum Dawet Jabung di Ponorogo, manjadi salah satu pembuktian sejarah minuman ini.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif





