Bacaini.ID, KEDIRI – Batu Al Naslaa menjadi salah satu keajaiban alam yang memukau di tengah hamparan gurun pasir di barat laut Arab Saudi.
Setinggi 6 meter dengan lebar 9 meter, batu Al Naslaa terbelah sempurna menjadi dua bagian, seolah dipotong oleh pisau laser modern.
Dua bagian batu Al Naslaa tampak melayang di atas pedestal alami kecil, menciptakan ilusi optik yang membuatnya terlihat seperti sedang ‘mengambang’ di udara.
Terletak sekitar 50 kilometer selatan oasis Tayma di provinsi Tabuk, Al Naslaa bukan hanya daya tarik wisata.
Namun juga misteri yang membingungkan para ilmuwan dan penjelajah selama ribuan tahun.
Usia Al Naslaa diperkirakan mencapai 4.000 tahun dengan permukaan berhias petroglyph kuno berupa gambar kuda Arab, ibex, dan manusia.
Kehadirannya menjadi saksi bisu peradaban Zaman Perunggu.
Al Naslaa sering disebut sebagai ‘batu terbelah sempurna’ karena celah vertikalnya yang lurus dan halus, lebarnya hanya seukuran pensil.
Fenomena ini memicu perdebatan sengit, apakah ini hasil proses alamiah yang rumit, atau campur tangan kekuatan supranatural?
Asal-Usul Ilmiah: Kekuatan Alam yang Tak Terlihat
Dari perspektif geologi, Al Naslaa adalah contoh sempurna dari bagaimana proses alamiah bertahun-tahun dapat menciptakan bentuk yang tampak mustahil.
Batu ini terbuat dari sandstone atau batu pasir padat, yang rentan terhadap erosi karena lapisannya yang rapuh.
Lokasinya di daerah semi-arid yang jarang hujan, tapi sering tertiup angin kencang, membuatnya menjadi laboratorium alam terbuka.
Berikut beberapa teori utama yang menjelaskan secara ilmiah:
• Akibat dari Erosi Angin dan Cuaca Kimiawi.
Bentuk keseluruhan Al Naslaa, termasuk pedestal-nya yang seperti jamur batu, disebabkan oleh abrasi angin yang membawa pasir.
Angin berhembus lebih cepat di permukaan tanah, mengikis bagian bawah batu lebih cepat daripada atasnya.
Sementara itu, kondisi lembab di bawah batu memungkinkan pelapukan kimiawi yang memperlemah lapisan sandstone.
Celah vertikal mungkin dimulai dari retakan alami yang kemudian melebar secara bertahap.
• Aktivitas Tektonik dan Jointing
Wilayah Tayma rentan terhadap pergeseran kerak bumi akibat gempa kecil.
Sebuah ‘joint’ atau retakan alami dalam batuan tanpa pergeseran horizontal, bisa terbentuk secara vertikal, terutama pada sandstone yang cenderung memisah lurus.
Gesekan tektonik mungkin memicu retakan ini, yang kemudian diperhalus oleh erosi.
Penelitian geologi menunjukkan bahwa retakan paralel di sisi batu menandakan proses ini terjadi secara bertahap, bukan instan.
• Frost Wedging (Pembekuan Air)
Meski gurun kering, suhu malam yang ekstrem bisa menyebabkan air meresap ke retakan kecil, membeku, dan mengembang, memecah batu lebih lanjut.
Saat musim hangat tiba, air mencair, memperlebar celah hingga sempurna. Teori ini didukung oleh bukti serupa di formasi batu lain di Semenanjung Arab.
Secara keseluruhan, para geolog setuju bahwa Al Naslaa adalah hasil interaksi kompleks antara erosi, tektonik, dan cuaca.
Meskipun demikian, misteri tentang Al Naslaa belum terpecahkan sepenuhnya, karena kurangnya data lapangan di wilayah terpencil ini.
Mitos dan Legenda: Kisah dari Gurun yang Abadi
Di balik fakta ilmiah, Al Naslaa juga menyimpan mitos dan legenda lokal.
Wilayah Tayma, sebagai salah satu pemukiman tertua di Saudi yang sudah ada sejak Zaman Perunggu, kaya akan cerita rakyat yang menjelaskan fenomena alam melalui lensa supranatural.
Petroglyph di batu itu sendiri, berupa gambar kuda, hewan, dan manusia, dianggap sebagai pesan dari leluhur.
Berikut beberapa mitos populer yang melingkupinya:
• Campur Tangan Peradaban Kuno atau Alien
Banyak legenda modern mengaitkan celah sempurna dengan teknologi canggih dari peradaban hilang, seperti Atlantis maupun makhluk luar angkasa, alien.
Beberapa teori konspirasi menyebut Al Naslaa sebagai ‘portal dimensi’ atau hasil laser alien, terinspirasi dari presisi potongannya yang mirip hasil pemotongan modern.
Di forum diskusi online seperti Reddit, batu Al Naslaa sering membandingkan dengan ‘shamir’, alat mistis dari legenda Raja Sulaiman yang bisa memotong batu tanpa suara, hadiah dari raja iblis Asmodeus.
• Folklore Lokal dan Simbolisme
Dalam cerita rakyat Bedouin, formasi seperti Al Naslaa sering dikaitkan dengan dewa gurun atau jin yang membelah batu sebagai hukuman atau berkah.
Celahnya melambangkan dualitas, keseimbangan antara hidup dan mati, atau persatuan suku-suku.
Beberapa legenda menyebutnya sebagai ‘batu ajaib’ yang melindungi oasis Tayma dari badai pasir, atau tempat ritual kuno di mana para dukun memohon hujan.
• Pengaruh Arkeologi
Petroglyph yang berusia ribuan tahun memperkuat mitos bahwa Al Naslaa adalah situs suci.
Beberapa ahli arkeologi berspekulasi bahwa gambar-gambar itu menceritakan legenda migrasi atau perburuan, di mana batu terbelah menjadi metafor perpecahan suku atau pertemuan dengan roh alam.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif