Bacaini.ID, KEDIRI – Sejumlah pondok pesantren tetap mempertahankan tradisi lama di tengah modernisasi pendidikan pondok. Salah satunya adalah ro’an, sebuah kegiatan kerja bakti yang telah mengakar kuat di lingkungan pesantren.
Dikutip dari laman lirboyo.net, ro’an bukan sekadar bersih-bersih. Ro’an adalah wujud nyata dari nilai khidmah, pengabdian santri kepada pesantren dan para kiai. Setiap hari, santri dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari Mahasantri hingga siswa Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien, terlibat dalam kegiatan ini.
Santri Lirboyo kerap membentuk tim ro’an angkatan dengan nama-nama unik dan nyentrik. Bahkan, saat ada proyek besar seperti pengecoran gedung, ribuan santri turun tangan dengan dandanan tak biasa, seperti memakai jas, berdasi, hingga berkacamata hitam. Meski tampak lucu, gaya ini justru mempererat solidaritas dan semangat kerja sama.
baca ini Beredar Video Santri Lirboyo Ngecor Ini Penjelasan Pengasuh Pondok
Lebih dari itu, ro’an mengajarkan santri untuk mengikis ego, menerima perbedaan, dan bekerja dalam harmoni. Tak peduli latar belakang suku, bahasa, atau status sosial, semua bersatu dalam semangat gotong royong. Tradisi ini menjadi latihan hidup pluralis dan inklusif, yang sangat dibutuhkan dalam masyarakat majemuk.
Para kiai Lirboyo menekankan pentingnya khidmah sebagai jalan memperoleh barokah ilmu. Seperti dawuh almarhum KH. A. Idris Marzuqi, “Aku lebih senang santri yang tidak pintar tapi mau khidmah daripada santri pintar tapi tidak mau khidmah.”
Ro’an menjadi salah satu bentuk khidmah bin nafs (dengan tenaga), yang diyakini membawa keberkahan dan ridho guru.
Tradisi ro’an di pesantren bukan hanya warisan budaya, tetapi juga metode pendidikan karakter yang efektif. Ia mengajarkan tanggung jawab, kebersamaan, dan kepedulian sosial. Sebuah nilai yang tak selalu diajarkan di ruang kelas, namun sangat penting dalam kehidupan nyata.
Penulis: Hari Tri Wasono