Bacaini.ID, AMERIKA SERIKAT – Presiden Prabowo Subianto berpidato di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 atau United Nations General Assembly (UNGA 80).
Prabowo jadi pembicara ketiga setelah Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden AS Donald Trump dalam pembukaan UNGA 80 pada 22 September 2025 di Markas Besar PBB New York.
Dalam potongan video yang beredar, Presiden Prabowo Subianto membaca teks pidato yang berfokus pada dukungan pada kemerdekaan Palestina.
Ditegaskan Indonesia berkomitmen terhadap upaya solusi dua negara sebagai jalan utama menuju perdamaian.
Pidato Prabowo di Markas Besar PBB ini merupakan yang pertama kalinya setelah absen selama satu dasarwarsa selama kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Pada tahun 2025 ini Indonesia mendapat kehormatan khusus.
Forum terhormat ini mempertemukan lebih dari 193 pembicara, termasuk kepala negara, menteri luar negeri, dan pemimpin dunia lainnya, untuk membahas tantangan global yang semakin kompleks.
Tradisi Pembukaan UNGA
PBB memiliki tradisi panjang dalam urutan pembicara sidang umum:
• Brasil selalu membuka pidato pertama, tradisi yang dimulai sejak 1947.
• Amerika Serikat, sebagai tuan rumah sidang, selalu berbicara kedua.
• Pembicara ketiga diisi oleh negara yang dianggap berperan strategis, dan tahun ini Indonesia menempati urutan ketiga.
Dalam sesi pembukaan ini 5 pemimpin menyampaikan pidato secara berurutan.
• Luiz Inácio Lula da Silva – Brasil
• Donald Trump – Amerika Serikat
• Prabowo Subianto – Indonesia
• Recep Tayyip Erdoğan – Turki
• Dina Boluarte – Peru
Tema Sidang UNGA ke-80
Sidang pada tahun 2025 mengangkat tema ‘Better Together: 80 Years and More for Peace, Development, and Human Rights’.
Atau Lebih Baik Bersama: 80 Tahun dan Seterusnya untuk Perdamaian, Pembangunan, dan Hak Asasi Manusia.
Tema ini menyoroti pentingnya kerja sama multilateral di tengah situasi dunia yang penuh tantangan, termasuk beberapa di antara ini.
• Ketegangan geopolitik dan konflik bersenjata di beberapa kawasan.
• Risiko perubahan iklim yang semakin meningkat.
• Disrupsi teknologi, seperti kecerdasan buatan (AI) dan keamanan siber.
• Hak asasi manusia, terutama di negara-negara yang tengah dilanda krisis politik.
Sidang tahun ini dipimpin oleh Annalena Baerbock, mantan Menteri Luar Negeri Jerman, yang diharapkan mampu membawa perspektif baru dalam diplomasi internasional.
Peran Strategis Indonesia
Posisi Indonesia sebagai pembicara ketiga membawa arti penting.
• Menunjukkan pengakuan dunia terhadap peran Indonesia di panggung internasional, khususnya sebagai pemimpin kawasan Asia Tenggara dan negara berkembang (Global South).
• Memberi kesempatan bagi Presiden Prabowo untuk menyuarakan isu penting seperti pembangunan berkelanjutan, ketahanan pangan dan energi, stabilitas politik dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik dan kerja sama menghadapi krisis iklim.
Menurut sejumlah analis, kehadiran Indonesia di awal sesi pembukaan juga memperkuat diplomasi Indonesia dalam memperjuangkan kepentingan negara berkembang di tengah rivalitas negara-negara besar.
Isu-Isu Global yang Akan Dibahas
Sidang UNGA tahun ini diprediksi akan fokus pada beberapa isu utama:
• Perang dan perdamaian dunia, termasuk konflik di Ukraina, Gaza, dan Afrika.
• Perubahan iklim, terutama upaya membatasi dampak bencana global.
• Teknologi dan AI, termasuk regulasi terhadap perkembangan teknologi yang pesat.
• Ketidaksetaraan global, yang semakin terasa pasca-pandemi.
• Kerja sama ekonomi global dalam menghadapi resesi dan krisis energi.
Dengan posisi yang strategis ini, Indonesia berpotensi memperkuat citra sebagai jembatan diplomasi antara negara maju dan negara berkembang.
Hal ini juga sejalan dengan visi Indonesia untuk menjadi kekuatan global yang berpengaruh, terutama dalam menghadapi tantangan bersama seperti perubahan iklim dan krisis pangan.
Presiden Prabowo Subianto diharapkan akan membawa pesan bahwa Indonesia siap menjadi mitra utama dunia dalam membangun perdamaian dan stabilitas global.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif