• Login
  • Register
Bacaini.id
Wednesday, November 5, 2025
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
Bacaini.id

Takdir Anak Berbakti Sering Diabaikan, Safety Net Theory Jelaskan ini

ditulis oleh Editor
08/09/2025
Durasi baca: 5 menit
Anak paling berbakti di dalam keluarga justru sering diabaikan orang tua

Safety Net Theory menjelaskan alasan anak berbakti sering diabaikan orang tua (foto/AI/Bacaini)

Bacaini.ID, KEDIRI – Anak yang paling berbakti dalam banyak keluarga justru seringkali kurang mendapat perhatian dari orang tua.

Yang dimaksud anak berbakti ini merujuk pada tipologi anak yang paling banyak berkorban, membantu, dan selalu bisa diandalkan orang tua.

Golongan anak berbakti ini kurang diakui oleh orang tua. Seolah hal itu menjadi takdir sosialnya di dalam keluarga.

Sementara anak yang dianggap lemah, kurang mandiri, atau lebih sering merepotkan justru sering dibela dan dilindungi.

Fenomena ini banyak terjadi di belahan dunia manapun.

Sebuah studi membuktikan orang tua selalu membela anak yang paling sedikit berbuat untuk mereka, dan anak yang paling sering membantu justru dianggap remeh.

Penelitian menyebutkan bahwa pola ini disebut sebagai bagian dari Safety Net Theory, yaitu ketika anak yang paling dapat diandalkan menjadi ‘jaring pengaman emosional’, atau emotional safety net bagi keluarga.

Menurut teori ini, orang tua merasa aman bergantung pada anak yang paling bisa dipercaya.

Sehingga tanpa sadar mereka memberikan perhatian lebih kepada anak yang dianggap ‘rentan’ karena melihat anak yang kuat sudah mampu bertahan sendiri.

Baca Juga: Apa itu Co-Parenting? Pola Pengasuhan Anak Pasca Perceraian

Bagaimana ‘Safety Net Theory’ Bisa Terjadi

Fenomena ini telah diteliti oleh sejumlah psikolog keluarga.

Salah satunya adalah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Family Psychology di tahun 2019.

Studi tersebut menemukan bahwa 76% keluarga memiliki kecenderungan favoritisme, di mana anak yang dianggap ‘kurang mampu’ sering mendapat perhatian lebih dari orang tua.

Menurut para peneliti, hal ini terjadi karena dorongan naluriah orang tua untuk ‘melindungi yang lemah’.

Namun, tanpa disadari perilaku ini dapat menciptakan ketidakseimbangan emosional di dalam keluarga.

Studi lain dari American Psychological Association (APA) juga menunjukkan bahwa anak yang selalu bisa diandalkan cenderung mengalami emotional burnout atau kelelahan emosional.

Mereka sering mengambil tanggung jawab lebih besar, baik dalam urusan rumah tangga maupun menjadi penengah konflik dalam keluarga.

Ada beberapa alasan mengapa fenomena ini bisa terjadi secara tidak sadar:

• Rasa Bersalah dan Kekhawatiran

Orang tua mungkin merasa bersalah atau khawatir terhadap anak yang terlihat lemah atau kesulitan, sehingga mereka memberi perlindungan ekstra.

Misalnya, anak yang sering sakit atau memiliki masalah dalam bersosialisasi akan mendapat perhatian lebih.

• Anak yang Bisa Diandalkan Memberi Rasa Aman

Anak yang selalu membantu dan mandiri memberi rasa aman bagi orang tua.

Karena merasa anak ini sudah kuat, mereka sering berpikir tidak perlu memberikan perhatian yang sama besar.

• Budaya dan Norma Sosial

Dalam beberapa budaya, termasuk di Indonesia, anak pertama sering diharapkan menjadi ‘teladan’ dan ‘penopang keluarga’.

Atau anak yang sering merantau dan jauh dari keluarga, dianggap lebih mandiri walaupun tanpa dukungan intens.

Hal ini memperkuat pola favoritisme yang tidak seimbang, atau seringkali disebut dengan ‘pilih kasih’. 

Dampak Psikologis Jangka Panjang pada Anak

Fenomena ini bisa berdampak serius, terutama bagi anak yang selalu dianggap kuat. Berikut beberapa dampak yang sering muncul:

• Perasaan Tidak Dihargai

Anak yang selalu berkorban merasa keberadaannya tidak dihargai, karena pengorbanan mereka dianggap hal biasa.

• Burnout dan Kelelahan Emosional

Karena selalu memikul tanggung jawab lebih, mereka berisiko mengalami stres dan depresi.

• Hubungan yang Renggang

Ketidakseimbangan perhatian bisa menciptakan rasa iri atau konflik antara saudara kandung.

• Kesulitan Membuat Batasan di Masa Dewasa

Anak yang selalu jadi ‘safety net’ sering tumbuh menjadi orang dewasa yang kesulitan mengatakan ‘tidak’, karena terbiasa menanggung beban orang lain.

Cara Mengatasi dan Menciptakan Keseimbangan

Para ahli psikologi keluarga menyarankan beberapa langkah untuk menciptakan hubungan yang lebih sehat dan seimbang dalam keluarga:

• Sadari Pola Perilaku

Langkah pertama adalah mengenali jika favoritisme sedang terjadi dalam keluarga.

• Berikan Apresiasi yang Setara

Pastikan setiap anak merasa dihargai, baik yang mandiri maupun yang membutuhkan lebih banyak dukungan.

• Komunikasi Terbuka

Luangkan waktu untuk berbicara dengan anak-anak secara individual, sehingga mereka merasa didengar.

• Buat Aturan Keluarga yang Jelas

Pembagian tanggung jawab harus jelas dan adil agar tidak ada satu pihak yang merasa terlalu terbebani.

• Pertimbangkan Konseling Keluarga

Jika konflik sudah terlalu kompleks, konseling keluarga bisa membantu menemukan solusi yang sehat.

Dengan kesadaran dan komunikasi yang sehat, keluarga dapat menciptakan keseimbangan, memastikan setiap anak merasa dihargai dan dicintai tanpa memandang seberapa besar kontribusi mereka.

Penulis: Bromo Liem

Editor: Solichan Arif

Print Friendly, PDF & EmailCetak ini
Tags: anakanak berbaktiorang tuasafety net theorytakdir
Advertisement Banner

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

bapmericano menu gen z

Kopi Campur Nasi, Tren Baru Gen Z yang Bernama Bapmericano, Berani Coba?

penganiayaan suami anggota dprd trenggalek

Penganiayaan Suami Anggota DPRD Trenggalek Akibatkan Trauma

Raup Cuan Dari Pengembangbiakan “Luwak”

Raup Cuan Dari Pengembangbiakan “Luwak”

  • Gawat, Kurang Dari Seminggu 474 Kasus Covid Baru Muncul di Kediri

    Pemkab Rembang Hapus TPP, Nilai yang Diterima ASN Bikin Ngiler

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kepemilikan tanah dengan Letter C, Petuk D, dan Girik mulai tahun 2026 tidak berlaku. Mulai urus sekarang juga !

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Djarum Grup Akuisisi Bakmi GM, Pendapatannya Bikin Melongo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cerita Mangut Lele yang Bikin Ngiler Megawati Setiap ke Blitar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pamer Hummer Listrik 4,5 M, “Rahasia” Ketenaran Gus Iqdam Dibongkar Netizen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Bacaini.id adalah media siber yang menyajikan literasi digital bagi masyarakat tentang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan keamanan, hiburan, iptek dan religiusitas sebagai sandaran vertikal dan horizontal masyarakat nusantara madani.

© 2020 - 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Redaksi
  • Privacy Policy
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL

© 2020 - 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist