Bacaini.ID, KEDIRI – Kesehatan mental anak dan remaja jadi isu global yang makin sering dibicarakan.
Generasi Z yang lahir antara tahun 1997–2012 dan Generasi Alpha, lahir 2012 hingga 2024 tercatat lebih ‘rapuh’.
Lebih rentan mengalami stres, gampang cemas dan depresi ketimbang generasi sebelumnya.
Fenomena ini bukan sekadar tren, tetapi sudah terbukti dalam berbagai penelitian.
Beberapa alasan generasi Z dan alpha disebut lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental:
Tekanan Media Sosial
Gen Z adalah generasi pertama yang tumbuh dengan internet di genggaman tangan, sementara Gen Alpha bahkan sejak bayi sudah akrab dengan gadget.
Studi dari Journal of Adolescence menunjukkan bahwa penggunaan media sosial lebih dari 3 jam sehari meningkatkan risiko depresi dan kecemasan pada remaja.
Paparan standar kecantikan, gaya hidup mewah, dan pencapaian orang lain membuat anak lebih mudah membandingkan diri sendiri atau disebutkan juga sebagai social comparison.
Kurangnya Interaksi Sosial Nyata
Pandemi COVID-19 mempercepat isolasi sosial. Anak-anak Gen Alpha banyak mengalami sekolah daring pada usia emas perkembangan sosial.
Data UNICEF di tahun 2021 mencatat 1 dari 5 remaja di dunia merasa kesepian akibat kurangnya interaksi tatap muka.
Akibatnya, keterampilan sosial mereka jadi terhambat, sehingga mudah merasa cemas di lingkungan baru.
Tekanan Akademik dan Kompetisi Global
Orang tua dan sekolah makin menekankan pentingnya prestasi akademik, sementara lapangan kerja makin kompetitif.
Laporan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) di tahun 2023 menunjukkan 45% remaja Gen Z merasa terbebani oleh tekanan akademik.
Anak sering merasa ‘tidak cukup baik’, meski sudah berusaha keras.
Keterbukaan Informasi tentang Isu Global
Berbeda dengan generasi sebelumnya, anak sekarang bisa langsung tahu berita perang, krisis iklim, atau bencana hanya dari media sosial.
Studi Lancet Child & Adolescent Health menemukan 59% anak muda merasa sangat cemas tentang masa depan bumi karena isu perubahan iklim.
Perubahan Pola Asuh
Generasi sekarang sering mendapat pola asuh ‘overprotective’ atau sebaliknya terlalu membebaskan karena orang tua sibuk bekerja.
Pola asuh ini bisa membuat anak kesulitan mengelola emosi atau mengambil keputusan mandiri.
Akses Diagnosis Lebih Luas
Alasan lain mengapa kasus kesehatan mental terlihat meningkat adalah karena kesadaran dan akses diagnosa lebih mudah.
Generasi Z dan Alpha lebih terbuka membicarakan kesehatan mental dibanding generasi sebelumnya yang cenderung menganggap tabu.
Kerentanan kesehatan mental pada Gen Z dan Alpha bukan hanya karena faktor individu, tetapi juga lingkungan digital, sosial, dan global yang mereka hadapi.
Orang tua perlu memberi ruang aman, komunikasi terbuka, serta membatasi screen time agar anak bisa tumbuh dengan mental yang lebih sehat.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif