Bacaini.ID, KEDIRI – Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, masyarakat kembali menengok babak penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan, yakni janji kemerdekaan dari Jepang kepada bangsa Indonesia.
Di tengah berkecamuknya Perang Pasifik melawan Sekutu, Jepang menjanjikan kemerdekaan bukan sebagai bentuk dukungan tulus, melainkan sebagai strategi politik untuk menarik simpati dan dukungan rakyat Indonesia.
Setelah berhasil mengusir Belanda dari wilayah Hindia Timur pada awal 1942, Jepang menduduki Indonesia dengan dalih membebaskan Asia dari kolonialisme Barat. Namun, di balik slogan “Asia untuk Asia,” Jepang menghadapi tekanan militer yang semakin besar dari pasukan Sekutu.
Dalam kondisi tersebut, dukungan rakyat Indonesia menjadi aset penting yang ingin dimobilisasi oleh Jepang.
BPUPKI: Bukti Janji atau Taktik Diplomatik?
Sebagai bentuk konkret dari janji tersebut, Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 29 April 1945. Badan ini beranggotakan tokoh-tokoh penting seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Soepomo, dan Mohammad Yamin. Tugas utama BPUPKI adalah merumuskan dasar negara dan rancangan konstitusi sebagai persiapan menuju kemerdekaan.
Selama sidang-sidang BPUPKI, muncul gagasan besar seperti Pancasila, konsep negara hukum, dan sistem pemerintahan yang demokratis. Meski dibentuk oleh Jepang, BPUPKI menjadi ruang strategis bagi para pemimpin Indonesia untuk menyusun visi kebangsaan yang mandiri.
Di sisi lain, janji kemerdekaan Jepang tidak lepas dari praktik pendudukan yang represif. Kerja paksa (romusha), sensor media, dan penindasan terhadap kelompok oposisi tetap berlangsung. Banyak kalangan menilai bahwa janji kemerdekaan hanyalah bagian dari strategi kolonial baru yang dibungkus dengan retorika pembebasan.
Namun, momentum tersebut tetap dimanfaatkan oleh para pemimpin Indonesia untuk memperkuat posisi diplomatik dan mempercepat kemerdekaan. Hanya beberapa bulan setelah BPUPKI dibentuk, Jepang menyerah kepada Sekutu pada Agustus 1945, membuka jalan bagi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Refleksi 80 Tahun Kemerdekaan
Delapan dekade setelah janji itu diucapkan, bangsa Indonesia terus merefleksikan makna kemerdekaan yang sejati. Bukan sekadar janji dari kekuatan asing, tetapi hasil perjuangan kolektif yang lahir dari kecerdasan, keberanian, dan solidaritas rakyat.
Penulis: Hari Tri Wasono