Bank Indonesia akan meluncurkan inovasi pembayaran Payment ID pada peringatan 17 Agustus 2025 mendatang. Hanya dengan satu kode unik, kalian bisa terkoneksi dengan seluruh jejak keuangan digital, mulai rekening bank, e-wallet, hingga pinjaman online.
Bacaini.ID, JAKARTA – Di balik gedung megah Bank Indonesia di Jalan MH Thamrin, tim teknologi bekerja tanpa henti mempersiapkan sistem yang disebut-sebut sebagai “game changer” dalam lanskap keuangan digital tanah air. Payment ID bukanlah sekadar alat pembayaran baru, melainkan sebuah ekosistem yang mengintegrasikan seluruh identitas finansial warga negara.
“Ini seperti memiliki KTP digital untuk seluruh aktivitas keuangan Anda. Tanpa perlu mengisi formulir berulang kali atau menghadapi penolakan kredit karena data yang tercecer,” jelas Budi Santoso, seorang analis keuangan yang telah mengikuti perkembangan proyek ini sejak fase awal.
Berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK), Payment ID akan menjadi jembatan yang menghubungkan rekening bank, kartu kredit, dompet digital, hingga riwayat pinjaman seseorang. Sistem ini dirancang dengan tiga fungsi utama sebagai kunci identifikasi, alat autentikasi, dan agregator data keuangan.
——————
Di sebuah kafe di kawasan SCBD, Anita Wijaya, seorang profesional muda, berbagi kekhawatirannya. “Saya punya tiga e-wallet berbeda dan dua rekening bank. Kadang saya sendiri bingung mengelolanya. Kalau benar Payment ID bisa menyatukan semuanya, itu akan sangat membantu,” ujarnya sambil menyesap kopi.
Namun di balik kemudahan yang dijanjikan, muncul pertanyaan tentang privasi dan keamanan data. Bank Indonesia menegaskan bahwa sistem ini akan menerapkan pendekatan “consent-based” di mana data hanya dapat diakses jika pemilik memberikan izin eksplisit melalui notifikasi di ponsel.
“Keamanan adalah prioritas utama kami,” kata seorang pejabat Bank Indonesia yang enggan disebutkan namanya. Ia mengklaim telah menerapkan enkripsi tingkat tinggi dan mekanisme persetujuan berlapis untuk memastikan data warga terlindungi.
Implementasi Payment ID akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama yang disebut “BI-led” ditargetkan berjalan mulai 2027, sedangkan tahap kedua “integrated-led” akan diimplementasikan pada 2029 dengan kolaborasi lintas lembaga. Saat ini, sistem tersebut telah diuji coba secara terbatas pada pegawai Bank Indonesia dan program distribusi bantuan sosial.
————————–
Aplikasi Payment ID dinilai menjadi alternatif sistem pembayaran yang lebih baik di banding QRIS. Sejumlah pelaku usaha menyatakan kesiapan mereka beralih ke Payment ID. “Saya sudah terbiasa dengan QRIS. Kalau Payment ID bisa membuat transaksi lebih mudah dan aman, kenapa tidak?” Soharto, pedagang makanan di Jakarta.
Sistem ini juga diharapkan dapat memperkuat pengawasan terhadap aliran dana mencurigakan, membantu pemerintah dalam penyaluran bantuan sosial, dan meningkatkan akurasi analisis risiko kredit. Direktorat Jenderal Pajak pun akan mendapatkan manfaat dengan pelaporan pajak yang lebih transparan dan otomatis.
Sementara itu, di kampus-kampus, diskusi tentang Payment ID mulai marak. “Ini adalah langkah maju dalam transformasi digital Indonesia,” kata Dr. Rahmat, pakar ekonomi digital dari Universitas Indonesia.
Namun ia juga perlu memastikan bahwa semua lapisan masyarakat, termasuk yang di daerah terpencil, bisa mengakses dan memanfaatkannya.
Menjelang peluncurannya, Bank Indonesia terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Poster-poster tentang Payment ID mulai bermunculan di pusat perbelanjaan, halte bus, dan media sosial. Aplikasi demo pun telah tersedia untuk diunduh, memungkinkan masyarakat mencoba fitur-fitur dasar sistem ini.
Revolusi digital keuangan Indonesia telah dimulai, dan Payment ID adalah katalisnya. Apakah sistem ini akan berhasil mengubah lanskap keuangan digital Indonesia? Waktu yang akan menjawab. Tetapi yang jelas, tanggal 17 Agustus 2025 akan menjadi tonggak sejarah baru dalam perjalanan ekonomi digital tanah air.
Penulis : Danny Wibisono
Editor: Hari Tri Wasono