Salat satu rakaat bagi orang yang berilmu memiliki ganjaran pahala yang setara dengan seribu rakaatnya orang yang tak berilmu.
Dalam konteks perspektif hukum (fiqih) juga serupa. Seorang pelanggar aturan yang berpengetahuan hukum, mendapat ganjaran hukuman lebih berat ketimbang yang tak berpengetahuan (hukum).
Itu artinya Koruptor mestinya dihukum mati, karena tidak hanya mengetahui aturan, bahkan memanipulasinya sekaligus merampok hak ribuan dan bahkan jutaan rakyat.
Korupsi merupakan perbuatan yang jauh lebih keji dari sekedar pembunuhan berencana terhadap satu atau dua orang.
Koruptor sejatinya adalah pembunuh berdarah dingin. Perilakunya lebih sadis dari pembunuh bayaran yang paling sadis sekalipun.
Kejahatan yang diakibatkan seorang Koruptor jauh lebih ekstrem.
Korupsi membunuh ratusan atau bahkan jutaan manusia dengan cara mematikan harapan hidup yang berpotensi tak percaya pada Tuhan.
Korupsi menghancurkan tatanan psikologi sehingga berpotensi melakukan segala bentuk kejahatan. Membawa kematian paling menyakitkan.
Di negeri ini banyak orang beragama tapi nyatanya tak menganut ajaran-Nya.
Salah satu buktinya adalah nama-nama yang beridentitas agamis, tapi perilakunya jauh dari ajaran agama yang dianut.
Bahkan mereka yang disebut ulama (ahli agama) sekalipun tidak sedikit berperilaku sama dengan yang tidak mengerti agama.
Sistem politik, ekonomi, sosial, keuangan dan pendidikan menghasilkan manusia yang telah keluar dari kodratnya sebagai manusia penjaga kelestarian dan kedamaian alam.
Sistem dalam berbangsa dan bernegara itu lebih cenderung menciptakan monster yang paling ganas.
Sosok-sosok yang tak mengenal kodratnya. Individu-individu yang semakin jauh dari keyakinan terhadap Tuhannya.
Negeri ini telah menjadi lebih kejam dari sistem komunisme yang selalu dikampanyekan menakutkan bagi kehidupan manusia.
Negeri yang dirumuskan oleh logika kapitalisme (keserakahan) dan liberalisme (kebebasan yang tak bertanggung jawab).
Di mana agama hanya sebagai kamuflase dalam kehidupannya. Menjauhkan manusia dari ajaran agamanya.
Dalam perspektif religiusitas dan spritualitas, kita adalah sekumpulan manusia penipu Tuhan. Dalam perspektif politik, ekonomi dan sosial, hanyalah sekumpulan robot bernyawa.
Dalam konteks nubuat-nubuat agama samawi. Kita sejatinya adalah pengikut messiah Dajjal, tetapi kita tutupi dengan laku ritual di rumah-rumah ibadah. Kita tutupi dengan atribut-atribut simbolik agama.
Sebab keberadaan agama tanpa ajaran-Nya, akan selalu menimbulkan ketidak-adilan dan kekacauan. Lalu dari keduanya menghasilkan kebinasaan sebuah negara ataupun bangsa.
Begitulah sejarah peradaban manusia yang terjadi selama ratusan ribu tahun telah berlalu. Dan kita sedang mengulang semua itu. Tapi dengan cara yang lebih dholim dari sejarah peradaban masa lalu.
Penulis: Nashir Ngeblues
*) seniman cum budayawan tinggal di Malang