Bacaini.ID, KEDIRI – Kamasutra salah satu bukti pendidikan seks bukan hal baru.
Jauh sebelum buku-buku modern, peradaban kuno sudah lebih dulu menuliskan hubungan intim dari sisi etika, kesehatan, hingga kenikmatan.
Pada peradaban kuno seks dipelajari secara sungguh-sungguh. Tidak seperti era modern, obrolan seksualitas dianggap tabu.
Pendidikan seks lebih dari sekedar erostisme. Ditujukan untuk keseimbangan hidup manusia dengan cara dan aturan tertentu sesuai etika dan norma.
Kitab Kamasutra merupakan salah satu yang populer, meski di dunia banyak teks dan tradisi serupa.
Berikut ini sejarah pendidikan seks klasik dari berbagai penjuru dunia:
Kamasutra, India
Ditulis pada abad ke-3 M oleh Vatsyayana, Kamasutra bukan sekadar panduan posisi seks.
Isinya menyentuh soal cinta, etika pernikahan, hubungan sosial, bahkan cara bersolek.
Kitab ini mencerminkan betapa terbukanya peradaban India Kuno terhadap urusan keintiman, sebagai bagian dari keseimbangan hidup, bukan sesuatu yang tabu.
Taoisme Seksual, Tiongkok Kuno
Dalam ajaran Tao, hubungan seksual dianggap penting untuk menjaga keseimbangan energi vital (qi).
Teks seperti Su Nu Jing (Kitab Selir Bijak) mengajarkan teknik bercinta untuk memperpanjang usia, menyembuhkan penyakit, dan memperkuat tubuh.
Menurut mereka, seks adalah seni penyatuan energi Yin dan Yang, bukan cuma urusan fisik.
The Perfumed Garden, Negara Arab
Ditulis oleh Sheikh Nefzawi pada abad ke-15 di Tunisia, buku The Perfumed Garden adalah panduan seks dan cinta dalam tradisi Islam.
Selain membahas teknik bercinta, buku ini juga menekankan pentingnya kasih sayang, komunikasi, dan saling memuaskan dalam pernikahan.
Ditulis dengan gaya sastra tinggi, teks ini sempat dianggap terlarang, tapi kini diakui sebagai warisan budaya erotik Arab.
Shunga, Jepang
Shunga adalah seni lukis erotis dari era Edo, sekitar tahun 1600-an.
Biasanya digambar dalam gaya ukiyo-e, gambar-gambar ini menunjukkan adegan seksual dengan penuh detail dan ekspresi.
Di balik sensualitasnya, shunga berfungsi sebagai edukasi seksual, terutama bagi pasangan muda.
Bahkan, lukisan ini sering dianggap membawa keberuntungan dan disimpan di kamar pengantin.
Ananga Ranga, India
Selain Kamasutra, India juga punya Ananga Ranga di sekitar abad ke-15. Fokusnya pada menjaga api cinta dalam pernikahan.
Buku ini menawarkan teknik bercinta, psikologi pasangan, dan tips membangkitkan gairah agar hubungan suami-istri tak cepat hambar.
Intinya, menjaga cinta itu perlu strategi.
Karezza, Negara Barat (Amerika-Eropa)
Berbeda dari teks Asia yang fokus pada teknik dan kenikmatan.
Karezza diperkenalkan oleh dokter wanita Amerika, Alice Bunker Stockham, pada akhir abad ke-19, menganjurkan seks tanpa orgasme.
Tujuannya adalah membangun ikatan emosional dan spiritual yang dalam antara pasangan, bukan sekadar kepuasan fisik.
Bangla Puthis, Bangladesh
Di antara abad ke-17 hingga 19, wilayah Bengal menghasilkan banyak cerita puitis erotik yang dikenal sebagai puthis.
Meski dibungkus dalam gaya sastra rakyat, isinya sering kali menggambarkan hasrat, godaan, dan ajaran seksual yang tersirat.
Ini jadi salah satu cara masyarakat belajar soal seks, di tengah minimnya pendidikan formal saat itu.
Sejarah membuktikan bahwa pendidikan seks adalah bagian dari budaya manusia.
Dulu, ajaran ini disampaikan lewat teks klasik, puisi, atau lukisan.
Semuanya mengajarkan tentang seksualitas yang tak hanya perkara kenikmatan fisik. Namun juga etika, seni kehidupan, kesehatan dan tanggung jawab.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif