Bacaini.ID, KEDIRI – World Health Organization (WHO) mendorong negara-negara untuk menaikkan harga minuman manis, alkohol, dan tembakau sebesar 50% selama 10 tahun ke depan melalui perpajakan.
WHO mengatakan langkah ini akan membantu mengurangi konsumsi produk-produk yang memicu penyakit seperti diabetes dan beberapa jenis kanker.
Pajak kesehatan juga dinilai jadi salah salah satu alat paling efisien untuk promosi kesehatan serta pencegahan dan pengendalian penyakit.
Minuman manis kemasan banyak ditemukan di pasaran seperti soda, teh manis botolan, minuman energi, dan minuman buah dengan tambahan gula.
Masyarakat Indonesia sangat familiar dengan minuman-minuman tersebut. Ditambah tren minuman kekinian seperti kopi dan teh dengan tambahan rasa yang banyak dijual kaki lima.
Minuman manis memiliki dampak buruk bagi kesehatan jika diminum terus menerus atau berlebihan.
Berikut efek buruk minuman manis bagi kesehatan:
Meningkatkan risiko obesitas
Minuman manis mengandung kalori tinggi namun rendah nutrisi.
Studi dari Harvard School of Public Health menunjukkan bahwa konsumsi rutin 1–2 kaleng soda per hari bisa meningkatkan risiko obesitas hingga 26%.
Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2018 oleh Kementerian Kesehatan telah mencatat peningkatan prevalensi obesitas, yang salah satunya terkait dengan pola konsumsi minuman berpemanis.
Diabetes tipe 2
Konsumsi rutin minuman manis meningkatkan resistensi insulin.
Jurnal Diabetes Care di tahun 2010 mencatat orang yang minum 1–2 porsi minuman berpemanis per hari memiliki risiko 26% lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 dibanding jarang minum.
Penyakit jantung
Gula berlebih meningkatkan trigliserida, tekanan darah, dan inflamasi, semua ini merupakan faktor risiko penyakit jantung.
Studi dari Journal of the American Medical Association (JAMA) menemukan orang yang mendapat 17-21% kalori hariannya dari gula tambahan memiliki risiko 38% lebih tinggi untuk meninggal karena penyakit jantung ketimbang yang hanya 8%.
Masalah gigi
Gula dan asam adalah musuh utama gigi. Minuman manis membuat gigi cepat rusak, terutama pada anak-anak dan remaja.
WHO menyarankan untuk membatasi konsumsi gula tambahan karena kaitannya dengan karies gigi.
Penyakit hati (Fatty liver)
Gula dari minuman manis, terutama fruktosa, bisa menyebabkan penumpukan lemak di hati.
Sebuah penelitian menemukan, konsumsi fruktosa tinggi dari minuman manis dikaitkan dengan peningkatan risiko perlemakan hati non-alkoholik.
Kecanduan dan pola makan buruk
Gula bisa memicu respons dopamin di otak, mirip seperti narkoba ringan.
Inilah yang membuat orang semakin ingin minum dan minum terus. Hal ini tentu berkontribusi pada konsumsi yang berlebihan.
BPOM juga menyebutkan bahwa konsumsi gula orang Indonesia sudah melebihi batas anjuran WHO, maksimal 50 gram per hari.
Dan sumber kelebihan gula ini ditemukan banyak berasal dari minuman kemasan.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif