TULUNGAGUNG – Pandemi Covid-19 tak selalu membawa dampak buruk bagi masyarakat. Wabah ini justru menjadi berkah bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Tulungagung yang menekuni pembuatan gentong cuci tangan.
Deny Purwanto salah satunya. Warga desa Dumberdadi, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung ini sukses menjual gentong cuci tangan yang didesain sendiri. Memanfaatkan kebutuhan masyarakat akan sarana cuci tangan, Deny menyulap gentong plastik yang diproduksi pabrikan menjadi alat sanitasi rumah tangga.
Puluhan gentong cuci tangan berjajar rapi di halaman rumah Deny Purwanto, di tepi jalan raya Tulungagung – Sumbergempol. Gentong cuci tangan lengkap dengan kran dipajang rapi agar menarik perhatian pengguna jalan. Strategi itu berhasil, satu dua pengguna jalan berhenti, melihat, dan tak lama kemudian membeli.
Usaha pembuatan gentong cuci tangan ini ditekuni Deny sejak dua bulan lalu. Sebelumnya Deny berprofesi sebagai penjual alas kaki. “Saya sebelumnya jualan sandal spon atau sandal toilet secara online. Tapi sejak ada corona orderan sepi,” kata Deny yang akhirnya banting setir menjadi pembuat gentong cuci tangan dari plastik.
Ikhtiar itu berbuah manis. Tak hanya menjual secara konvensional, Deny menerapkan strategi Bundling yang dipasarkan secara on line dengan membuat tim reseller. Hasilnya, untung puluhan juta rupiah masuk ke kantongnya.
Deny makin bersemangat memproduksi gentong dalam jumlah banyak. Permintaan gentong cuci tangan makin hari makin melonjak. Strateginya bundling, internet marketing, dan membidik komunitas sebagai reseller terbukti tok cer. “Dengan menjual satu paket, pembeli lebih tertarik, karena praktis dan hargnya lebih murah,” jelas Deny.
Ide pemasaran dengan strategi bundling ini muncul saat Deny bertemu dengan temannya pengusaha sabun cuci dan grosir ember plastik. Mereka mengeluhkan penjualan yang merosot tajam belakangan ini. “Dari sini muncul ide untuk berkolaborasi dan saling menolong agar bisa tetap bekerja,” kata Deny.
Harga yang dipatok juga miring. Jika di pasaran satu unit gentong seharga Rp 60 – 65 ribu, Deny membanderol barangnya seharga Rp 50 ribu per gentong. Itu pun masih diberi bonus satu botol sabun cuci tangan ukuran 500 mililiter.
Deny menjual murah gentong cuci tangannya bukan tanpa alasan. Dia mengedepankan misi kemanusiaan untuk membantu masyarakat di tengah pandemi.
Selain dipasarkan dengan cara off line, Deny juga menempuh jalur on line dengan memaksimalkan promo di medsos, seperti facebook, WA, dan marketplace. Dengan berjualan secara daring, gentong cuci tangan buatan Deny bisa menjangkau pasar lebih luas. Tidak saja konsumen dari Tulungagung, tapi juga konsumen dari berbagai kota.
Dengan on line, tidak saja menjaring pembeli eceran, tapi juga membuka peluang kerjasama dengan agen atau grosir dengan jumlah besar. Pemasaran on line juga lebih mudah karena cukup dikendalikan melalui handphone.
Untuk memaksimalkan pemasaran gentong cuci tangan, Deny juga mengajak teman-temannya di komunitas UMKM Tulungagung. Beberapa temannya yang sempat mengangur kini bisa bekerja bersamanya. “Kami sesama pelaku usaha bisa saling mendukung, “ jelas Ngimbang, salah satu anggota tim reseller. (Fadly Rahmawan)