Bacaini.ID, KEDIRI – Dirintis oleh Abdul Syukur Subagio dari kawasan Pasar Pahing, Kecamatan Kota, Kediri, CB Band lahir dari darah pemusik gambus. Ini adalah band keluarga yang memiliki akronim CB, yakni Children Brother.
Jauh sebelum grup band rock ini lahir, Abdul Syukur adalah seorang pemusik beraliran gambus. Saat itu genre ini cukup populer di kalangan masyarakat Kediri. Personil band ini adalah anak-anak Abdul Syukur, diantaranya; Oli, Agus, Wahab, Atien, dan Heru. Band ini dibentuk saat mereka masih duduk di bangku sekolah dasar.
Bukan tanpa alasan Abdul Syukur membentuk band ini. Ia tak ingin anak-anaknya salah pergaulan di luar, sehingga diarahkan untuk bermain musik di rumah.
Merekalah yang kemudian merekrut Atiek, penyanyi perempuan yang bukan dari keluarga Abdul Syukur sebagai vokalis. Publik mengenalnya sebagai Atiek CB. Mereka kerap membawakan lagu Koes Plus yang digandrungi masa itu.
Seiring perjalanan waktu, satu per satu personil ini mengurangi aktivitas bermusik. Atiek melanjutkan karir sebagai penyanyi solo yang sukses. Sedangkan Siti Chususiati menikah dengan Muhamad Wahib, yang juga seorang musisi.
Siti Chususiati adalah anak tertua dari tujuh keturunan Abdul Syukur Subagio dan Sri Sutarsih yang justru tidak tertarik bermain musik seperti adik-adiknya. Namun dari rahimnyalah para pemain CB Junior lahir. Mereka adalah David, Farid, dan Renault.
Bakat dan kemampuan musik yang dimiliki Muhamad Wahib, suami Siti Chususiati adalah modal besar bagi David dan adik-adiknya. Dari sang ayah mereka mengenal alat musik dan memainkan dengan genre rock. “Saya masih berumur 15 tahun saat membentuk CB Junior bersama adik-adik,” kata David kepada Bacaini.ID.
Tahun 1988 menjadi masa bersejarah bagi perjalanan CB band. Di rumah yang sama, yakni di kawasan Pasar Pahing, CB band lahir kembali dengan wajah lebih segar. Kelahiran mereka tak melenyapkan CB band angkatan pertama yang digawangi om dan tante mereka. “Kami berdiri sendiri dengan gaya bermusik yang beda,” terang David.
Pada formasi awal, CB Junior digawangi David yang bermain gitar, Farid pada drum, dan adik paling bungsu Renault sebagai pemain keyboard. Untuk melengkapi komposisi band, mereka mengajak Oni, teman sekolah Farid di SMP Negeri 1 Kediri yang memegang bass sekaligus penyanyi. Oni adalah satu-satunya pemain CB Junior formasi awal yang bukan merupakan keturunan Abdul Syukur Subagio.
Berbeda dengan CB pertama yang dijuluki CB Veteran, CB Junior tampil lebih garang dengan konsep hard rock. Jika CB Veteran membawakan lagu-lagu Koes Plus, CB Junior mengulik lagu-lagu God Bless. “Saat itu bertepatan dengan keluarnya album Semut Hitam,” kata David.
Kemunculan CB Junior ini sekaligus mematahkan kodrat band tersebut untuk memiliki penyanyi perempuan. Karakter Atiek CB yang begitu melekat di formasi lawas digantikan oleh Oni. Sehingga praktis banyak perubahan fundamental yang dilakukan CB Junior.
Meski masih berusia belasan, namun kepiawaian para personil CB band tak bisa diremehkan. Distorsi tebal dari gitar David serta ketukan double pedal Farid yang ritmis menjadi ciri khas band ini. Meski tak pernah menyentuh sekolah musik, namun bakat dan kemampuan penguasaan alat mereka luar biasa.
Dalam sekejap pecinta musik rock di Kediri terkesima dengan lahirnya generasi kedua CB ini. Tawaran manggung dari pentas ke pentas berderet hingga ke luar kota. Kala itu, Abdul Syukur Subagio masih kerap mendampingi cucu-cucunya manggung.
Jawara Festival Rock
Satu lompatan besar diraih CB Junior saat mengikuti ajang Festival Rock Indonesia VII yang dipromotori Log Zhelebour pada tahun 1993. Kala itu formasi CB telah mengalami tambal sulam. Pemetik bass Oni hengkang dari CB dan digantikan Bismo. Sedangkan vocal dipegang oleh Ririn, seorang penyiar radio yang memiliki tarikan suara tinggi.
Lagu ciptaan mereka berjudul Nyi Roro Kidul mendapat apresiasi dari tim juri Festival Rock Indonesia VII. Tak hanya mengumbar skill, lagu ini juga memiliki nuansa mistis yang diproduksi Renault melalui keyboardnya. Lagu ini juga banyak dicover oleh band-band rock tanah air.
Tak hanya CB Band, Log Zhelebour juga mengambil sembilan grup band lain untuk diajak melakukan rekaman. Mereka adalah Aceh Rock Band, Andromedha, Cassanova, Lost Angels (yang belakangan berganti nama menjadi Boomerang), Metal Force, Pratama Rock Band, Phytagoras, Sahara, dan Scandal Rock Band.
Stigma CB sebagai band panggung makin tak tergoyahkan saat menjuarai Festival Rock Indonesia VIII. Tetap dipromotori Log Zhelebour, band ini berhasil menyabet posisi Runner-up. Hanya saja kali ini penggebuk drum mereka, Farid tak bisa bergabung. Posisinya digantikan oleh Bonpay yang bukan dari keluarga besar CB. “Alhamdulillah saya menyabet pemain gitar terbaik,” kata David.
Bersamaan dengan mereka, sebuah grup band asal Kediri Mushroom turut menyita perhatian juri. Bahkan sang vokalis Decky Donal Sompotan diganjar menjadi penyanyi terbaik karena suara khasnya yang cadas. Seperti festival sebelumnya, CB Band sukses mengikuti rekaman lagu berjudul Obsesi yang mereka bawakan saat bertanding. Kesempatan yang sama diperoleh Mushroom, Teaser, Metazone, Grezz Rock, Antusias, Leppis, Unpar, Emperial, dan Three Brother yang masuk sebagai 10 finalis.
Predikat sebagai pemain gitar terbaik dalam sebuah ajang kompetisi yang digelar Log Zhelebour mendongkrak popularitas CB Band. Menyalip kejayaan seniornya di CB Veteran, David sukses menaikkan pamor CB sebagai grup band rock tanah air. “Meski CB jarang tampil, tapi tawaran kepada saya untuk menjadi juri berdatangan,” kata David yang menerima berkah dari prestasi itu.
Kepiawaian David dalam memetik senar gitar dan efek suara patut diacungi jempol. Kursus musik yang dia dirikan kebanjiran peminat. Demikian pula dengan studio musik dan persewaan sound system yang dikelola.
Penulis: Hari Tri Wasono