Suara bergemuruh memecah hutan belantara. Kepulan asap membumbung di sela rerimbunan pohon, mengikuti deru mesin motor yang makin dekat.
Bak kuda liar yang dikendarai Brama Kumbara, motor trail berkapasitas 250 cc itu berjumpalitan di atas jalan setapak. Penunggang motor terlihat menyatu dengan kendaraan, meliuk-liuk menyusuri jalanan yang tak normal.
Pria di balik helm dan kostum rider itu adalah Ashari. Politisi Partai Demokrat yang kini duduk di kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Kediri.
Di komunitas penunggang trail, Ashari kerap dipanggil Pak Raden. Cukup unik, mengingat tak ada kumis tebal di wajahnya dengan postur tubuh tinggi besar. Jauh dari penggambaran Pak Raden di serial anak si Unyil.
Ashari adalah penghobi trail, olahraga ekstrim yang memacu adrenalin. Adrenalin inilah yang membuatnya kokoh saat beradu argumen di pentas politik. “Tapi lebih seru naik motor,” katanya tertawa saat berkunjung di kantor redaksi Bacaini.id.
Ditemani teh manis dan sebungkus rokok, Ashari berkisah tentang ketertarikannya pada dunia otomotif, terutama motor trail. Ashari mengenal motor trail saat melakukan adventure bersama operator Gazgas, sebuah pabrikan motor trail yang berada di Pasuruan.
Tak tanggung-tanggung, Ashari langsung menjajal motor berkapasitas 250 cc dan tiba di garis finish paling awal setelah melewati medan terjal hutan di Jombang tahun 2011 silam. “Saat itu rasanya luar biasa, senang sekali, sampai semua motor trail yang ada di situ saya bawa pulang semua. Sejak itu saya membuka dealer Gazgas di Kediri,” katanya.
Kecintaan pada otomotif ini mengantarkan Ashari pada komunitas trail di Kediri. Namanya mulai dikenal sebagai penunggang kuda besi yang gigih. Dia juga aktif dalam semua kegiatan komunitas yang diberi nama GGG (Grup Gampang Glundung). Konotasi dari penunggang motor pemula yang mudah jatuh.
Sebuah lompatan besar terjadi saat dirinya terlibat dalam event regional trail dalam rangka HUT Brimob. Alih-alih memilih menjadi ketua panitia atau jabatan strategis lainnya, Ashari justru menawarkan diri menjadi bagian konsumsi. “Karena konsumsi selalu menjadi persoalan di setiap event trail,” katanya.
Menurut Ashari, event trail selalu terlihat buruk saat urusan konsumsinya jeblok. Persoalannya sangat teknis, kehabisan makanan saat di pos pemberhentian, atau basi saat dikonsumsi sore hari.
Untuk memastikan hal itu tak terjadi, Ashari membuat skema baru penyediaan konsumsi di event ini. Jika biasanya peserta diberi nasi kotak, Ashari memilih model prasmanan. Dia mengerahkan tetangga kanan kiri untuk memasak menu sederhana menyesuaikan budget. “Saya masak sayur asem, tahu tempe, dan lauk sederhana. Tak disangka, model ini disambut antusias seribu lebih peserta. Sejak itu prasmanan menjadi model penyajian logistik di event serupa,” katanya.
Kesuksesan itu membawa Ashari dikenal di komunitas trail Jawa Timur. Pergaulannya juga melebar antar komunitas.
Melihat besarnya potensi pemotor trail ini, Ashari memberikan gagasan membentuk induk dari semua klub di Kediri Raya. Ide ini disambut baik seluruh pemotor untuk lebih mengorganisir diri. Apalagi banyak pejabat di wilayah Kediri Raya yang hobi ngetrail. Hingga terbentuklah Komunitas Trail Kediri (KTK) sebagai induk dari klub motor trail se-Kediri Raya pada tahun 2015.
Secara aklamasi anggota KTK menunjuk Kholifi Yunon sebagai ketua. Kholifi adalah Ketua DPRD Kota Kediri kala itu. “Beliau juga senang ngetrail,” kata Ashari.
Sayang kesibukan Kholifi yang tinggi di dewan maupun partai membuat roda organisasi KTK tak berjalan maksimal. Hingga enam bulan berikutnya Ashari ditunjuk menjadi ketua harian. “Saya ajak semua anggota untuk terlibat. Kalau mau berjalan, harus masuk struktural,” katanya memberi motivasi.
Upaya itu berbuah hasil. Organisasi KTK tumbuh pesat hingga mencapai 800 anggota yang terdiri dari 26 klub motor di Kediri Raya. Mereka rutin melakukan pertemuan minimal enam bulan sekali. Pertumbuhan itu tak lepas dari peran Kapolresta Kediri Bambang Widjanarko Baiin yang kala itu gemar menunggang trail.
Periode emas KTK berikutnya terjadi di era kepemimpinan Slamet Budiono, anggota direksi PT Gudang Garam Tbk. yang cukup lama berkecimpung di dunia trail. Menurut Ashari, Slamet Budiono membawa gagasan besar untuk membesarkan KTK dan berhasil. Organisasi ini makin besar dan disegani di dunia otomotif khususnya trail.
Saat ini kepemimpinan KTK dipegang oleh Ashari. Dengan gayanya yang egaliter, Ashari mengendalikan KTK dari akar rumput. “Teman-teman berharap pada masa kepemimpinan saya ini, nuansa kekerabatan semakin terjalin,” katanya yang menghidupkan kembali tradisi patungan.
Terakhir, KTK sempat mengadakan bakti sosial covid-19 secara patungan. Uang yang terkumpul digunakan untuk memberikan bantuan sembako kepada warga yang terdampak. Saat ini KTK juga sedang melakukan pembangunan mushola di Lebak Tumpang, Gunung Klotok. Tempat itu akan menjadi base camp untuk pecinta adventure motor trail.
Uang organisasi yang lain juga dipergunakan untuk melakukan pembenahan jalan yang rusak akibat dilintasi kendaraan trail. Sebab tak jarang etape yang mereka tempuh harus melewati jalan kampung dan lahan pertanian. “Kami pasti memperbaiki dan memberi ganti rugi kepada warga,” kata Ashari.
Dia juga mengingatkan kepada anggotanya untuk tak menggeber motor di area perkampungan. Sebab etape sebenarnya para pemotor adalah kawasan hutan. Begitu pentingnya pesan ini di kalangan KTK hingga memunculkan motto “Garang di Hutan Sopan di Jalan”.
Penulis : Novarina Kharisma
Editor : HTW