Bacaini.ID, KEDIRI – Retinol dan retinal tengah menjadi pembahasan hangat para penggiat skincare.
Klaim bahwa retinal 11 kali lebih baik dari retinol masih dalam perdebatan lantaran hingga kini belum ada penelitian yang lebih mendalam.
Yuk, kita kulik bahan skincare yang lagi naik daun ini.
Apa itu Retinol dan Retinal?
Kedengarannya memang hampir sama. Keduanya juga sama-sama berkhasiat anti penuaan, dan mampu meningkatkan kualitas kesehatan kulit yang efektif.
Ternyata, perbedaan molekuler yang membuat kedua bahan ini berperilaku berbeda saat berinteraksi dengan kulit.
Dikutip dari medik8.com, retinol dan retinal merupakan salah satu bentuk vitamin A yang termasuk keluarga retinoid.
Retinoid mampu merangsang pembaharuan sel kulit, mendorong produksi kolagen yang berfungsi untuk meningkatkan kilau, warna, dan tekstur kulit, yang itu membuat penampilan lebih muda secara keseluruhan.
Lantas di mana bedanya? Sebagai gambaran mudahnya, vitamin A melewati beberapa tahap yang dikenal sebagai “jalur vitamin A” dalam fungsi sebagai skincare.
Proses retinol terungkap lebih panjang daripada retinal karena retinol harus melalui 2 langkah konversi. Saat dioleskan kulit, retinol pertama-tama berubah menjadi retinal, dan kemudian jadi asam retinoat.
Pada tahap inilah bahan-bahan menjadi ‘aktif’ dan hasilnya mulai terlihat. Sementara retinal selangkah lebih dekat dibandingkan retinol untuk berubah jadi asam retinoat.
Karena proses yang lebih singkat itulah, retinal secara teori harusnya jauh lebih kuat daripada retinol. Maka tidak heran apabila terdapat klaim retinal 11 kali lebih efektif ketimbang retinol.
Jika retinal lebih efektif dan bekerja lebih cepat dibandingkan retinol, kenapa kemudian harus repot-repot pakai retinol?.
Jawabannya karena sifat retinal yang “rewel” dibanding retinol, yakni lebih rentan, mudah rusak dan butuh treatment yang lebih rumit agar kandungan kimiawinya tidak berubah ketika sampai di kulit.
Sementara retinol memiliki ketahanan lebih baik dalam fungsinya sebagai bahan skincare.
Kendati demikian, dengan adanya perkembangan teknologi, retinal kekinian sudah lebih stabil dan bisa dimanfaatkan secara mandiri tanpa harus “menempel” pada saudaranya, retinol.
Apakah retinal benar-benar 11 kali lebih kuat dibanding dengan retinol? Mari kita lihat buktinya.
Tidak seperti retinoid lain yang sudah ada. Persentase retinal untuk kulit sebenarnya belum diketahui secara pasti.
Dikutip dari chemistconfessions.com, sebuah penelitian yang melibatkan 40 relawan yang dibagi dua, telah dilakukan.
Satu kelompok memakai krim retinal 0,05% selama 3 bulan dan kelompok lainnya menggunakan krim retinal 0,1% selama 3 bulan.
Setiap 4 minggu sekali, para relawan dievaluasi TEWL (transepidermal water loss), kerutan halus, indeks melanin, dan kekasaran kulit.
Krim diketahui efektif untuk meningkatkan semua parameter, meskipun tidak signifikan secara statistik.
Yang perlu diperhatikan adalah kedua kelompok (0,05% & 0,01%) memiliki kinerja yang setara dan tidak ada perbedaan statistik di antara keduanya.
Satu-satunya parameter retinal 0,1% mengungguli kelompok 0,05% adalah indeks melanin. Secara keseluruhan, studi tahap awal ini menunjukkan bahwa retinal menghasilkan sesuatu.
Dalam penelitian lain di Korea pada tahun 2021 menjadi jurnal penelitian terbaru mengenai retinol dan retinal dengan perbandingan 1:1.
Peneliti mengujicoba pada 23 subjek yang mengaplikasikan retinal pada satu sisi wajah dan retinol pada sisi wajah lainnya selama 2 bulan.
Selama 4 minggu pertama, relawan menggunakan 0,05% retinal dan 0,05% retinol. Kemudian pada minggu ke 5 hingga 8, konsentrasi retinal dan retinol ditingkatkan menjadi 0,1%.
Subjek dievaluasi pada minggu ke 4 dan ke 8 untuk mengetahui parameter utama kulit seperti kedalaman kerutan, hidrasi kulit, dan elastisitas kulit.
Ini adalah gambaran awal yang bagus tentang manfaat retinal yang dienkapsulasi bagi kulit. Namun perlu diingat bahwa uji coba ini menggunakan retinol dan retinal dalam kadar yang sama.
Klaim retinal bekerja lebih cepat berkali-kali lipat ketimbang retinal tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.
Kalaupun terdapat klaim demikian, hal ini dimungkinkan karena kadar kandungan retinal ditingkatkan penggunaannya dibandingkan retinol.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif