Bacaini.id, KEDIRI – Kabupaten Kediri, Jawa Timur merupakan salah satu sentra penghasil ikan lele di Indonesia. Bahkan produksi lele untuk pembenihan mencapai 13 miliar ekor pertahun dengan nilai Rp 1,3 triliun dan 16 ribu ton pertahun dengan nilai Rp 450 miliar untuk pembesaran atau konsumsi.
Berdasarkan hal tersebut, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University dalam program “Dosen Pulang Kampung” bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kediri, dalam hal ini Dinas Perikanan menggelar pelatihan manajemen kesehatan pada budidaya ikan lele dengan diikuti 40 pelaku budidaya lele yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Kediri, serta 10 tenaga penyuluh, Rabu (29/5/2024). Kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi, yakni melakukan pengabdian kepada masyarakat.
Salah satu pemateri dari IPB Dr. Sri Nuryati mengatakan, dalam pelatihan tersebut membahas tentang langkah-langkah manajemen kesehatan ikan yang merupakan bagian penting dalam kegiatan budidaya ikan yang bertujuan untuk pengendalian penyakit pada ikan, mencakup pencegahan terjadinya penyakit maupun pengobatan, sehingga jika terjadi kematian pada ikan yang dibudidayakan tidak berdampak pada kerugiabn secara ekonomi.
“Materi yang disampaikan terkait dengan pencegahan penyakit melalui penggunaan vaksin, probiotik, imunostimulan termasuk pemanfaatan limbah batang pisang, baik untuk pencegahan maupun pengobatan ikan,” jelasnya disela –sela acara.
Masih kata Sri Nuryati, materi yang disampaikan juga membahas tentang pengaruh vaksin dan aplikasi probiotik terhadap peningkatan performa reproduksi ikan mencakup derajat penetasan telur dan tingkat kelangsungan hidup larva. Selain itu pakan induk juga memegang peranan yang sangat penting dalam mempercepat kematangan gonad ikan, sehingga sangat menunjang reproduksi ikan itu sendiri. Manajemen kesehatan iakn juga ditunjang oleh manajemen kualias air.
“Kualitas air juga perlu dijaga, sehingga keberadaannya tidak berakibat pada penurunan daya tahan ikan, karena daya tahan yang rendah memudahkan kuman yang ada di air untuk menginfeksi, yang menyebabkan ikan menjadi sakit,” imbuhnya.
Dalam tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), kegiatan pelatihan ini memenuhi tujuan tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, pendidikan berkualitas, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta ekosistem laut/perairan.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kediri, Nurhafid mengatakan, pihaknya mengapresiasi atas kegiatan tersebut, pasalnya kehadiran perguruan tinggi diperlukan untuk menggali persoalan yang ada di masyarakat supaya terdapat penyelesaian. Nantinya IPB juga akan melakukan pengecekan di lapangan, selanjutnya dibawa ke kampus untuk diteliti, dan hasilnya dikembalikan ke masyarakat.
“nanti dari IPB juga kan langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pengecekan, dan kemudian dibawa ke kampus untuk diteliti, dan hasilnya dikembalikan ke masyakarakat untuk disampaikan dengan disertai langkah penyelesaiannya,” jelas Nurhafid.
Nurhafid menambahkan, usai kegiatan pelatihan ini pihaknya berencana mengadakan kegiatan berkelanjutan karena setiap tahun memang ada agenda pelatihan, sehingga nantinya akan menindaklanjuti kegiatan ini dengan mengadakan diklat atau pelatiahn yang sifatnya aplikatif dari materi-materi yang disampaikan dari pelatihan ini.
“Nanti kami akan menagendakan untuk pelatihan lanjutan yang bersifat aplikatif, misalnya tadi ada materi penggunaan limbah batang pisang yang dapat diolah menjadi bentuk serbuk yang berfungsi sebagai pencegahan maupun pengobatan ikan, tidak hanya itu, nantinya kami akan mengirim 12 penyuluh ke IPB untuk mengikuti kursus singkat, tentang manajemen kesehatan ikan,” tambahnya.
Sebagai informasi, dalam pelatihan ini IPB menerjunkan 4 dosen yang memiliki keahlian diantaranya bidang kesehatan ikan, nutrisi ikan dan kualitas air, yakni, Dr. Sri Nuryati, Prof. Dr. Widanarni, Dr. Mia Setiawati, dan Wildan Nurussalam, SPi., MSi.
Penulis : A.K Jatmiko