Bacaini.id, KEDIRI – Jalan Desa Margourip, Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri, Jawa Timur rusak parah akibat dilalui truk pengangkut pasir yang ditambang dari lereng Gunung Kelud.
Sebagian besar truk pasir itu diketahui berasal dari wilayah Kabupaten Blitar, yakni dengan pengusaha dan pekerja warga Blitar.
Lalu-lalang truk yang beroperasi 24 jam itu juga dinilai menganggu kenyamanan warga. Bahkan pada November 2023 aktivitas truk pengangkut pasir telah menelan korban jiwa lantaran tertabrak.
Pada Rabu ini (7/2/2024) ratusan warga berunjuk rasa menuntut truk pengangkut pasir Gunung Kelud tidak lagi melintasi jalan Desa Margourip. Unjuk rasa warga dipantik adanya ancaman sopir truk yang hendak demo dengan membawa ular.
“Sudah 15 tahun jalan desa dilewati truk pengangkut pasir. Selama ini kami menahan diri, akibatnya jalan rusak, bahkan ada warga kita yang menjadi korban tabrak lari,” ujar Bani selaku juru bicara warga Rabu (7/2/2024).
Dalam unjuk rasa warga kembali mengingatkan insiden tewasnya warga lantaran tertabrak truk pengangkut pasir. Peristiwa itu terjadi 20 November 2023. Korban yang bernama Warsito meregang nyawa setelah terlindas truk pasir.
“Kang Warsito meninggal dunia akibat tertabrak lari truk pasir dan tidak ada yang bertanggung jawab. Kami melaporkan secara resmi kasus tabrak lari warga Margourip ini, ” kata Sutikno, salah seorang perangkat desa.
Identitas pengemudi truk sudah diketahui, yakni berinisial SY (41) warga Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri. Yang bersangkutan mengendarai truk nopol AG 95XX KC.
Kepala Desa Margourip Riyadi mendukung unjuk rasa warga. Ia menegaskan jalan yang dilalui truk pengangkut pasir merupakan jalan desa, dan bukan diperuntukkan untuk kendaraan melebihi muatan.
“Kami menyetujui apa yang sudah menjadi niat warga yang menuntut keadilan. Selama ini kami selalu tertindas masalah jalan desa. Karena jalan kami di RT 06 RW 37 yang dilalui armada kendaraan bertonase tinggi, kami berharap ditanggapi serius,” tegas Riyadi.
Hal senada disampaikan penasihat hukum warga, Luka Fardani. Ia mengatakan aksi warga merupakan reaksi dari adanya rencana demo para sopir truk yang digelar hari ini.
“Sebenarnya beberapa waktu lalu sudah ada kesepakatan antara pihak terkait, pengusaha tambang dan perwakilan sopir. Tetapi kemarin warga menerima pemberitahuan, para sopir akan melakukan aksi. Warga yang merasa geram melakukan aksi ini,” terang Luka Fardani.
Kemarahan warga semakin meluap setelah mendengar informasi para sopir truk tidak hanya berunjuk rasa. Mereka juga mengancam akan membawa 10 karung berisi ular.
Warga hanya menginginkan situasi nyaman dengan kondisi jalan desa yang tidak terus-terusan rusak. Luka Fardani juga menegaskan, penolakan warga hanya berlaku untuk truk pengangkut pasir.
Warga dipastikan tidak akan menutup total jalan untuk kendaraan lainnya. “Sebab sebagian besar anggaran desa hanya untuk perbaikan jalan yang dilalui truk pasir. Hal itu membuat pembangunan yang lain jadi terhambat,” pungkasnya.
Diketahui, sebagian besar truk pengangkut pasir yang melewati jalan Desa Margourip Kabupaten Kediri berasal dari Kabupaten Blitar.
Pada kesepakatan Januari 2024 lalu para sopir bersedia mengalihkan jalur transporasi melalui wilayah Blitar, namun kemudian muncul kabar ancaman demo dengan membawa ular.
Penulis: Agung K Jatmiko
Editor: Solichan Arif