Bacaini.id, KEDIRI – Renovasi Alun-Alun Kota Kediri tak hanya membuat pedagang kaki lima beranjak. Tuan rumah sekaligus simbol alun-alun pun turut angkat kaki akibat proyek tersebut.
Ia adalah Mayor Bismo, Pahlawan Nasional yang diabadikan dalam bentuk monumen berukuran gaban.
Patung yang semula berdiri kokoh di atas pondasi monumen kini harus menerima nasib di tangan pekerja proyek. Patung itu diletakkan lebih rendah dengan seluruh badan ditutup kain hitam. Meski demikian, kondisi ini jauh lebih baik dari sebelumnya saat masih diikat di bawah pohon.
Proyek renovasi alun-alun yang hingga kini masih menggantung turut mengancam nasib Mayor Bismo. Termasuk para pedagang kaki lima yang dipastikan menempati lapak pindahan lebih lama dari kesepakatan.
Sosok Mayor Bismo
Dosen Ilmu Sejarah Universitas Nusantara PGRI Kediri, Sigit Widyatmoko mengatakan patung Mayor Bismo di Alun-Alun Kota Kediri merupakan penghargaan atas perjuangannya mengambil alih kekuasaan dari Jepang.
Penempatan patung Mayor Bismo di alun-alun bukan tanpa alasan. Menurut Sigit hal itu untuk menginspirasi pemuda Kediri agar memiliki semangat juang seperti Bismo.
Pada waktu itu, seorang pemuda bernama Bismo masuk sebagai anggota militer Jepang dengan sebutan Sudanco Bismo. Ia direkrut karena memiliki tekad kuat untuk ikut dalam Perang Asia, melepaskan diri dari penjajahan bangsa Eropa.
Berkat upaya Mayor Bismo pula masyarakat luas mengetahui jika Jepang telah kalah. Ia menyebarluaskan kekalahan Jepang paska meletusnya bom Hirosima dan Nagasaki, untuk selanjutnya memproklamirkan kemerdekaan. “Kala itu media informasi di Kediri sangat minim,” tutur SIgit.
Penempatan Patung Mayor Bismo
Keberadaan Patung Mayor Bismo di Alun-Alun Kota Kediri sudah ada sejak tahun 1974. Saat ini usianya telah mendekati 50 tahun sebagai salah satu syarat untuk didaftarkan sebagai cagar budaya.
Sigit mewanti-wanti Pemerintah Kota Kediri untuk berhati-hati memperlakukan patung itu. “Ini bukan hanya soal fisiknya yang sebentar lagi jadi cagar budaya, tetapi nilai yang dibawa Mayor Bismo,” katanya.
Ia tidak mematok harus ditempatkan di mana patung itu. Namun harus dipastikan jauh dari resiko perusakan oleh pengunjung.
Penulis: Novira
Editor: Hari Tri W