Bacaini.id, BLITAR – Misteri Syodanco Soeprijadi atau Supriyadi dan peristiwa pemberontakan PETA (Pembela Tanah Air) di Blitar 14 Februari 1945 diungkap keluarga.
Dalam forum FGD (Focus Group Discussion) penyusunan komik tentang Perjuangan Tentara PETA Blitar yang digelar Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Blitar, Soeroto (84) atau Suroto memberikan testimoni yang mengagetkan.
Suroto merupakan adik kandung Syodanco Supriyadi beda ibu. Ia bertempat tinggal di Wisma Darmadi, rumah peninggalan Darmadi, yakni Bupati ketujuh Blitar yang juga ayah Syodanco Supriyadi.
Menurut Suroto, peristiwa 14 Februari 1945 bukan pemberontakan, tapi latihan gabungan. Yang mengagetkan lagi, Syodanco Supriyadi dimungkinkan turut terbunuh dalam peristiwa pembantaian di hutan Maliran, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.
“Itu bukan pemberontakan, tapi latihan gabungan di Tuban,” tutur Suroto yang didampingi Soedarmanto, keponakannya.
Suasana Forum FGD (Focus Group Discussion) penyusunan komik tentang Perjuangan Tentara PETA Blitar, sontak hening. Panitia penyusunan komik Perjuangan PETA Blitar memang mengundang keluarga Syodanco Supriyadi.
Yang diketahui selama ini, Syodanco Supriyadi yang sudah tidak tahan melihat kebengisan Jepang, membawa 360 prajurit PETA Blitar keluar barak. Dipimpin Supriyadi pasukan PETA menyerang perwira Jepang yang bermarkas di hotel Sakura Blitar.
Perang terbuka menewaskan empat orang Jepang dan tujuh orang etnis Tionghoa pro Jepang. Hotel Sakura yang disebut dalam catatan sejarah diketahui berada di depan kantor Kodim 0808 Blitar.
Dalam perjalanannya bangunan itu beralih fungsi menjadi Kantor DPRD Kabupaten Blitar. Begitu Kantor DPRD baru pindah ke Kanigoro, bangunan dipakai sebagai Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Blitar hingga sekarang.
Pelempar mortir………