Bacaini.id, SUMENEP – Siapa yang tak suka gorengan. Jika gorengan pada umumnya berupa tahu isi, tempe, ubi, dan pisang goreng, di Sumenep ada gorengan unik, namanya bulut.
Bulut adalah gorengan yang hanya bisa dijumpai di Pulau Garam. Bentuknya bulat sebesar kepalan tangan. Dari luar kulitnya garing, gurih dan renyah, mirip gorengan pada umumnya.
Namun saat digigit, gorengan tersebut terbuat nasi hangat yang dikepal-kepal sebesar genggaman tangan orang dewasa. Di dalamnya terdapat potongan sayur-mayur, irisan bawang merah, dan irisan daging sapi. “Cuma ada di sini, (makanan) khas Sumenep,” kata Sunah, 65 tahun, penjual bulut di Kecamatan Ganding, Sumenep kepada Bacaini.id, Jumat, 22 September 2023.
Bersama suaminya, Mirus, 60 tahun, pasangan lansia ini menjual bulut di rumahnya di Desa Ketawang Daleman, Kecamatan Ganding, Sumenep. Menurut Sunah, bulut merupakan salah satu kuliner lokal yang melekat di Sumenep.
Sama halnya dengan gorengan tahu dan gorengan tempe, bulut juga kerap dijadikan hidangan pembuka di pagi hari. Apalagi bahannya mengandung nasi. Sangat cocok sebagai sarapan saat terburu-buru.
“Bulut ini lebih lembut, ada adonan beras bercampur wortel di dalamnya,” terang Sunah.
Rasanya yang lezat dengan tekstur lembut, membuat bulut buatan Sunah dan Mirus terkenal kemana-mana. Saking ramainya, ratusan bulut yang dibuat tandas hanya dalam tiga jam. Harganya juga murah, Rp1.000 per biji. Setiap hari mereka membuka warung pukul 04.00 WIB sampai. “Sehari bikin 100-200 bulut per hari. Sesuai kemampuan saja,” tambah Sunah.
Maklum, Sunah hanya berdua saja menjalankan usaha bulut ini dengan istrinya yang juga sudah renta. Sehingga mereka tidak terlalu memaksakan diri untuk membuat banyak bulut meski permintaan cukup tinggi.
Usaha pembuatan bulut ini sudah dilakoni selama 30 tahun, dan bisa menghidupi keluarga mereka meski sederhana. Mereka juga bisa membeli dua unit rumah dan tetap produktif di usia senja mereka.
Penulis: Mohammad Iqbal
Editor: Hari Tri W