Bacaini.id, TRENGGALEK – Setiap daerah memiliki tradisi masing-masing pada Bulan Suro. Seperti Tradisi Ngitung Batih oleh masyarakat Kecamatan Dongko, Trenggalek.
Tradisi Ngitung Batih rutin digelar masyarakat Dongko setiap awal bulan Suro. Upacara diawali dengan kirab dayang-dayang dengan membawa takir plontang, yaitu makanan dalam wadah yang terbuat dari daun dan pelepah pisang.
Rute kirab dimulai dari Jalan Raya Dongko menuju Pendapa Kecamatan. Setelah itu, makanan dan tumpeng kemudian dibagikan kepada masyarakat sebagai bentuk sedekah. Prosesi diakhiri dengan membagikan beberapa ekor ayam untuk diperebutkan oleh masyarakat yang hadir.
Ngitung Batih yang dalam bahasa Indonesia berarti menghitung anggota keluarga merupakan representasi dari kepedulian terhadap sanak saudara. Tradisi tersebut bermula sejak zaman kerajaan saat masih lekat dengan peperangan.
Ketika ada anggota keluarga yang ikut berperang, Ngitung Batih dimaksudkan untuk menghitung keluarga juga sanak saudara dengan iringan doa agar terhindar dari marabahaya.
Wakil Bupati Trenggalek, Syah Muhammad Natanegara mengatakan bahwa kegiatan yang rutin digelar setiap tahun ini menjadi salah satu upaya melestarikan tradisi dan budaya.
“Tentu saja warisan leluhur harus tetap dilestarikan, seperti Ngitung Batih ini,” kata Wabub Syah yang hadir pada prosesi Ngitung Batih di Kecamatan Dongko hari ini, Kamis, 20 Juli 2023.
“Selain melestarikan tradisi dan budaya, adanya berbagai event yang digelar juga diharapkan dapat menggeliatkan perekonomian masyarakat,” imbuhnya.**