Bacaini.id, KEDIRI – Ratusan umat Hindu Kota Kediri mengikuti prosesi upacara Tawur Agung Kesanga yang dipusatkan di Monumen Kediri Syu. Prosesi Tawur Agung Kesanga ini dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945.
Dalam kegiatan ini adapula pawai ogoh-ogoh. Di mana pawai ogoh-ogoh ini juga dimeriahkan penampilan barongsai, dan pecut samandiman, serta atraksi budaya dari berbagai daerah. Seperti dari Blitar, Pasuruan, Lumajang, dan daerah lainnya.
Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar yang berkesempatan hadir menyampaikan bahagia bahwa prosesi Tawur Agung Kesanga dan Pawai Ogoh-ogoh bisa diselenggarakan. Di mana kegiatan ini sempat tidak diadakan tiga tahun karena adanya pandemi Covid-19.
“Alhamdulillah kita bisa mengadakan lagi dengan semangat yang lebih baik dan lebih baru lagi. InsyaAllah ke depan acara ini harus menjadi agenda wisata di Kota Kediri. Mudah-mudahan ini bisa terwujud tahun depan,” ujar Wali Kota Kediri, Selasa, 21 Maret 2023.
Abdullah Abu Bakar berharap tahun baru ini membawa keberkahan dan kebaikan bagi Kota Kediri. Serta toleransi di Kota Kediri bisa lebih tinggi lagi. Nantinya toleransi dari Kota Kediri ini bisa diikuti oleh daerah-daerah lain.
“Saya minta didoakan di Kota Kediri toleransinya lebih baik lagi. Sehingga dari kota yang kita cintai ini kita bisa menebar kebaikan,” harapnya.
Sementara itu, Ketua Persatuan Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Kediri Ni Made Susilawati menjelaskan perayaan Nyepi tahun ini mengambil tema ‘Melalui Dharma Agama Dharma Negara Kita Sukseskan Pesta Demokrasi Indonesia’. Bagi umat Hindu bulan Maret adalah bulan penuh makna. Bulan ini di seluruh pelosok Indonesia melaksanakan ritual maupun kegiatan sosial menjelang perayaan Nyepi.
“Umat Hindu berharap dengan Nyepi dunia akan pulih. Setiap tahunnya kita adakan Tawur Agung Kesanga. Agenda ini selalu ditunggu oleh masyarakat Kota Kediri. Jadi kami usulkan ini bisa menjadi agenda pariwisata,” ujar Ni Made Susilawati.
Upacara Tawur Agung Kesanga sendiri memiliki makna menebar energi positif. Melalui upacara ini memohon kepada Hyang Widhi untuk mengantisipasi energi negatif. Di mana kemungkinan besar energi negatif ini akan mengganggu pikiran manusia disaat besok melaksanakan catur brata penyepian menyambut tahun baru saka.
Catur brata penyepian sendiri merupakan empat pantangan yang wajib dilaksanakan dan dipatuhi umat Hindu. Diantaranya, Amati Karya (dilarang melakukan kegiatan kerja), Amati Geni (dilarang menyalakan api/lampu termasuk api nafsu yang mengandung makna pengendalian diri), Amati Lelungan (dilarang berpergian keluar rumah), dan Amati Lelanguan (dilarang mengadakan hiburan dengan tujuan bersenang-senang).**