Bacaini.id, KEDIRI – Tidak semua Sekolah Luar Biasa (SLB) mampu menyiapkan para alumninya untuk siap bersaing di dunia kerja. Namun, SLB Kerabat Mulia memiliki terobosan baru dengan menyediakan pelatihan keterampilan menjahit.
Sekilas, SLB Kerabat Mulia yang berdiri di Desa Siman, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri terlihat sama dengan SLB lain pada umumnya. Di dalam bangunan sekolah yang bisa dibilang sangat sederhana ini ada sekitar 72 anak murid mulai dari SD, SMP dan SMA.
Akan tetapi, sekolah yang sudah berdiri sejak tahun 2001 ini menjadi lebih istimewa setelah adanya program sea craft pada bulan Agustus 2022 lalu.
“Program baru ini mengajarkan keterampilan menjahit tas dan dompet kepada siswa siswi serta para alumni SLB Kerabat Mulia,” kata Yoga Permana, Wakil Kepala SLB Kerabat Mulia kepada Bacaini.id, Rabu, 14 Desember 2022.
Menurut Yoga, gagasan membentuk sea craft muncul setelah pihak sekolah bekerja sama dengan Yayasan Bina Karya Tiara Surabaya. Tujuan dibentuknya program ini adalah membekali anak murid dengan skill agar bisa mendapat pekerjaan ketika lulus sekolah nanti.
“Tidak semua difabel mampu bekerja di luar, jadi kami berikan wadah di sini agar bisa bekerja mandiri untuk mencari nafkah, mencukupi kebutuhan hidup,” terangnya.
Yoga menjelaskan untuk materi pelatihan disesuaikan dengan jenjang sekaligus kemampuan masing-masing anak murid. Misalnya untuk murid SD lebih diajarkan keterampilan dasar seperti memilah kain perca.
Sedangkan murid SMP dan SMA diajarkan cara menjahit dalam membuat produk tas dan dompet dengan pendampingan dari guru pengajar. Sementara yang membuat hiasannya adalah anak murid yang memiliki kemampuan dan hobi melukis.
“Akhir-akhir ini desainnya bikin sendiri. Siswa SMP, SMA juga sudah banyak yang bisa menjahit. Yang terpenting sebenarnya bagaimana mereka bisa tertarik untuk berlatih dalam keterampilan sea craft ini,” jelas Yoga.
Selain melatih keterampilan, SLB Kerabat Mulia juga membentuk kelompok usaha bersama (kube) dengan nama yang sama yaitu sea craft. Pembentukan kube ini melibatkan alumni, guru hingga orang tua siswa di bagian produksi
Keseluruhan program ini mendapat sambutan baik dari pihak-pihak yang terlibat karena dinilai menjadi rejeki tersendiri untuk menambah penghasilan. Tak terkecuali bagi guru pengajar dengan honor yang terbilang dibawah layak maupun wali murid yang rata-rata bekerja sebagai buruh tani.
“Guru pengajar bisa menambah penghasilan dari keterampilan yang juga didapat di sini, para wali murid juga sama,” ungkap Reina Meries, salah satu guru pengajar SLB Kerabat Mulia.
Sementara, di ruang kewirausahaan terlihat sejumlah anak yang sedang asik mengerjakan proses produksi tas dan dompet sesuai bagian masing-masing, salah satunya Syahrul Prayoga.
“Iya senang diajari membuat tas sama guru-guru,” kata Syahrul malu-malu.
Alumni SLB Kerabat Mulia ini mengaku tidak mengalami kesulitan, karena sudah diajari mulai dari awal program sea craft ini terbentuk.
“Tidak sulit membuat. Di sini senang bekerja karena banyak teman,” imbuhnya singkat.
Sejak program sea craft berjalan, SLB Kerabat Mulia sudah mampu memproduksi tas dan dompet layak jual bahkan mampu bersaing dengan produk dari luar. Tak tanggung-tanggung, satu bulan terakhir ini mereka mampu membuat sekitar 30 pcs setiap harinya.
Produk tersebut dipasarkan secara online maupun offline melalui pameran-pameran dan sudah merambah pasar luar daerah. Untuk dompet dan tas dijual dengan harga mulai Rp10.000 – Rp150.000.
Penulis: Novira