Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Ini adalah kisah paling menyeramkan yang terjadi di salah satu kampus ternama Kabupaten Tulungagung. Meski peristiwa itu berlangsung pada tahun 2018 silam, namun trauma yang dialami Mahendra masih membekas sampai sekarang.
Sepanjang menjalani perkuliahan di kampus itu bertahun-tahun, belum pernah Mahendra mengalami ketakutan yang luar biasa seperti saat itu. “Kala itu saya menjadi panitia OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) mahasiswa baru,” katanya membuka cerita.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan OSPEK berlangsung selama tiga hari di lingkungan kampus. Jumlah mahasiswa baru yang ikut cukup banyak, demikian pula panitianya dari mahasiswa senior.
baca ini Kesaksian Sopir Mobil Yang Masuk Sungai Angker di Jombang
Hari pertama pelaksanaan OSPEK berjalan lancar. Panitia mampu mengkoordinir acara sesuai rencana. Mereka juga bermalam di kampus untuk memastikan jadwal OSPEK berjalan tepat waktu mulai pagi hingga malam.
Memasuki hari kedua saat langit masih gelap, sejumlah panitia termasuk Mahendra berinisiatif memutar film horor melalui proyektor. Hal itu untuk membangkitkan adrenalin sambil menikmati suasana kampus yang sunyi dan gelap. Tak jarang mereka berteriak saat adegan menegangkan muncul di layar proyektor.
“Suatu saat ketika kami berteriak, tiba-tiba pintu lift terbuka sendiri. Padahal tidak ada yang masuk ataupun keluar. Ngerinya lagi, pada saat pintu lift kembali menutup, listrik mendadak padam,” cerita Mahendra.
baca ini Pendakian Gunung Arjuno Ada Satu Aturan Tak Tertulis
Karena takut mereka kembali berteriak. Beberapa mahasiswa berinisiatif melihat kondisi di luar gedung. Betapa terkejutnya mereka mendapati gedung lain di dalam area kampus masih menyala. Hanya gedung yang mereka tempati saja yang mengalami mati lampu.
Sampai detik itu Mahendra belum berpikir macam-macam. Dia hanya menduga sedang terjadi konsleting dan akan diperbaiki oleh teknisi kampus esok hari.
Kegiatan OSPEK kembali dimulai di hari kedua. Seluruh mahasiswa baru mengikuti kegiatan di kampus hingga menjelang Maghrib.
Ketika berjalan melewati balkon gedung, Mahendra melihat teman panitia perempuan bernama Isti duduk melamun di pinggir balkon. Spontan Mahendra mendekati dan menanyakan keadaannya.
“Kok duduk sendirian di sini, ada masalah apa Isti, mungkin saya bisa bantu,” kata Mahendra menirukan pertanyaannya waktu itu.
Isti tidak menjawab. Namun sejurus kemudian dia memalingkan wajah ke arah Mahendra dengan kedua mata melotot sambil berteriak histeris.
Mahendra kaget. Dia memanggil teman-temannya dan berusaha menenangkan Isti. Mereka menduga Isti sedang depresi.
baca ini Kumpulan Peristiwa Horor di SMA Negeri 1 Kediri
Namun dugaan itu salah. Mahasiswi di hadapan mereka bukan lagi Isti. Tetapi sosok mengerikan dengan tawa layaknya kuntilanak. Kedua tangannya bersedekap menyerupai pocong.
Tak ingin terjadi sesuatu dengan Isti, Mahendra dan teman-temannya menggotong Isti menuju ruang kesehatan. Di sini lagi-lagi mereka dibuat ketakutan. “Berat badan Isti tidak masuk akal, berat sekali. Butuh sepuluh mahasiswa untuk mengangkat tubuhnya yang kecil,” kata Mahendra.
Dengan beramai-ramai mereka membawa Isti masuk ke dalam lift menuju ruang kesehatan di lantai bawah. Namun sebuah peristiwa mistis terjadi lagi di dalam lift.
Dalam perjalanan menuju lantai bawah, lift mendadak berhenti di salah satu lantai. Pintunya terbuka secara otomatis. Namun tak ada siapapun di hadapan mereka.
Belum hilang kepanikan Mahendra, mendadak Isti berteriak histeris di depan pintu lift yang terbuka. Teriakan itu berhenti saat pintu lift kembali tertutup, dan lift bergerak ke bawah menuju ruang kesehatan.
Panitia OSPEK benar-benar dibuat senam jantung. Dalam perjalanan menuju ruang kesehatan usai meninggalkan lift, mereka terjatuh. Sepuluh mahasiswa laki-laki tak sanggup menggotong Isti yang tiba-tiba berat badannya makin berat.
baca ini Penjual Tahu Lontong Diperdaya Jin Kuburan Mojoroto
“Harusnya dengan tubuh Isti yang hanya 46 kg, cukup empat orang saja untuk membopongnya. Akhirnya salah satu teman kita membaca doa, dan Isti bisa kita gendong lagi menuju ruang kesehatan,” lanjut Mahendra.
Sesampainya di sana Mahendra masih mencoba mengajak Isti berbicara. Dia berharap temannya hanya mengalami depresi. Namun harapan itu meleset. Isti kembali berpose layaknya pocong dan tertawa mengerikan.
Beberapa panitia membaca doa, termasuk Ayat Kursi. Saat mendengar lantunan Ayat Kursi, Isti berhenti tertawa. Namun tiba-tiba dia muntah darah berkali-kali.
Mahendra makin panik. Tak ada yang bisa dilakukan selain membaca doa dan menjaga Isti. Hingga pada pukul 22.30 WIB Isti tertidur. Tenaganya habis terkuras. Beberapa panitia juga kembali ke gedung untuk mempersiapkan kegiatan OSPEK hari terakhir, dan meninggalkan tiga orang untuk menjaga Isti di ruang kesehatan.
Saat jarum jam menunjukan pukul 00.30 WIB, Isti terbangun. Tangannya kembali bersedekap seperti pocong dan berteriak histeris. Hal itu terus dilakukan hingga hampir Subuh. Isti benar-benar tenang setelah terdengar kumandang Adzan Subuh.
Setelah pagi, panitia menghubungi keluarga Isti agar menjemput. Menurut keluarganya, Isti memang memiliki bakat indigo sejak kecil. Namun kejadian di kampus hari itu adalah yang paling parah dialami Isti. Dia kesurupan hantu pocong dan kuntilanak berkali-kali.
Saat dituntun keluarganya meninggalkan ruang kesehatan, Isti sempat menghampiri Mahendra. Dia berbisik lirih, “Hati-hati, kalau tidak mau ada yang seperti aku, selesaikan kegiatan kalian sebelum Surup (Maghrib)”.
Pesan itu membuat Mahendra merinding. Dia langsung teringat ucapan Isti saat pertama kali mengadakan kegiatan OSPEK di kampus dua hari lalu. Isti memberitahukan jika ada banyak makhluk halus di gedung OSPEK yang mengawasi mereka.
Peristiwa mistis itu pada akhirnya terdengar pihak kampus. Sampai-sampai mereka menempel nomor kontak paranormal di ruang kesehatan jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira Kharisma
Tonton video: