Bacaini.id, BANGKALAN – Belakangan terakhir beternak kambing menjadi tren bagi pengusaha muda pemula, di Bangkalan khususnya. Beternak kambing yang identik dengan baunya yang khas, ternyata sangat harum dari segi bisnis.
Hal ini diakui oleh Mohammad Holil, pemuda asal Desa Bata Timur, Kecamatan Kwanyar, Bangkalan. Beternak kambing yang biasanya bukan menjadi pilihan usaha bagi anak muda, karena bau dan sangat merepotkan nyatanya tidak berpengaruh bagi Holil.
Pria 30 tahun ini bahkan sudah mulai beternak kambing sejak lulus SD. Pada saat itu Holil berniat melanjutkan pendidikan SMP, namun kondisinya tidak mendukung lantaran kedua orang tuanya tak mampu membiayai.
Melihat semangat untuk terus sekolah, seseorang menyuruhnya merawat kambing jantan dan betina miliknya dengan sistem bagi hasil sebagai imbalannya.
“Beberapa bulan saya rawat kemudian melahirkan 3 ekor. Setelah itu saya jual, hasil bagian saya langsung saya pakai untuk beli seragam SMP,” kata Holil kepada Bacaini.id, Selasa, 1 Februari 2022.
Mampu menghasilkan keuntungan dari beternak kambing di usia dan pengalamannya yang masih dini, sang pemilik kambing pun semakin percaya dengan kegigihan Holil.
Dia pun menambahkan 4 ekor kambing betina dan kembali mempercayakannya kepada siswa SMP itu. Benar saja, digembalakan oleh Holil, kambing-kambing itu tumbuh sehat dan jumlahnya terus bertambah.
“Kambing betina itu terus beranak-pinak, sehingga saya bisa melanjutkan sekolah lagi ke SMA,” ujarnya.
Semakin lama jumlah kambing yang ada di kandang milik Holil semakin bertambah banyak. Dengan kepercayaan yang diberikan sang pemilik kambing dan kegigihannya untuk mengenyam pendidikan tinggi membuat Holil menjadi orang yang ulet.
Sistem bagi hasil yang diterapkan oleh pemilik kambing sejak awal, perlahan membuat kondisi ekonomi keluarganya juga semakin membaik.
Siapa sangka, hampir putus sekolah sejak lulus pendidikan dasar, bocah penggembala kambing ini mampu menembus pendidikan tinggi dan sukses menyandang gelar S1.
“Alhamdulillah, saya bisa mengenyam pendidikan sampai sarjana dari hasil pelihara kambing-kambing ini,” imbuhnya.
Menjadi seorang sarjana, tidak begitu saja membuatnya meninggalkan kambing-kambingnya. Bahkan dengan pengalaman yang didapatnya sejak kecil, Holil mengaku telah menemukan manajemen beternak kambing yang ideal agar mendapat keuntungan maksimal.
“Setiap 3 sampai 4 bulan sekali saya jual semua kambingnya. Dengan cara itu bisa dapat laba bersih yang cukup tinggi, sekitar 500 sampai 600 ribu dari penjualan satu ekor kambing,” bebernya.
Meski begitu, sarjana lulusan STKIP PGRI Bangkalan ini mengatakan, tidak ada usaha yang berjalan tanpa adanya resiko. Selain harga pasar yang tentu saja mengalami pasang surut, faktor kesehatan kambing menjadi salah satu bagian terpenting dalam menjalani usaha ini.
Kesehatan kambing benar-benar harus diperhatikan agar tidak rentan sakit atau bahkan mati. Sebab itu, butuh ketelatenan untuk menjadi peternak kambing.
“Harus ikhlas dan sabar, maka hasil akan mengikuti. Alhamdulillah sekarang setiap panen, 3 bulan sekali bisa untung kurang lebih 25 juta lah,” ungkapnya.
Berawal dari dua ekor, saat ini jumlah kambing di kandang milik Holil ada sebanyak 48 ekor, terdiri dari 30 ekor kambing jantan dan 18 ekor kambing betina. Untuk pakan, Holil memberikan fermentasi, konsentrat dan pakan lain sejenisnya.
Menurutnya, usaha ternak kambing ini bisa dibilang cukup menjanjikan, terlebih bagi penduduk desa. Beternak kambing menjadi lahan yang tepat untuk berwirausaha.
Setidaknya itulah yang dirasakannya selama ini. Dengan beternak kambing, dia mampu membiayai sekolahnya sendiri sekaligus membantu perekonomian keluarganya.
“Asal ada kemauan kuat pasti ada jalan. Sekarang juga sudah banyak para remaja yang mau belajar beternak dari saya,” tandasnya.
Penulis: Rusdi
Editor: Novira