Bacaini.id, KEDIRI – Keterbatasan bukan menjadi penghalang untuk belajar. Tak terkecuali bagi Rafa Azizan, seorang anak berusia 11 tahun yang divonis lumpuh otak sejak lahir.
Meski tubuhnya sulit digerakkan akibat menderita kelainan Cerebral Palsy atau lumpuh otak, Rafa tetap memiliki semangat yang tinggi untuk belajar demi menggapai cita-cita.
Rafa terlihat serius dan antusias saat membaca buku pelajaran uang ada di pangkuannya. Di rumahnya yang berada di Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, siswa kelas 4 SD ini sedang belajar ditemani ibunya, Novi Nurdiana.
Novi mengatakan, Rafa lahir dalam kondisi prematur saat dia masih mengandung usia 6 bulan. Sejak saat itulah, Rafa sudah divonis mengidap kelainan Cerebral Palsy. Sesekali tangan dan kaki Rafa terlihat bergetar yang menurut ibunya sudah biasa.
“Kata dokter sudah ada tanda-tanda sejak lahir,” kata Novi kepada Bacaini.id, Senin, 10 Januari 2022.
Menurutnya, Rafa lebih sering tiduran, untuk duduk pun dia harus didudukkan orang lain, sehingga ruang geraknya memang lebih terbatas. Meski begitu, dia tetap bisa sekolah seperti pada umumnya anak-anak seusianya. Mulai dari membaca, menulis dan untuk menerima materi pelajaran pun juga bukan hal yang sulit bagi Rafa.
“Tapi memang harus belajar terus dan selalu diingatkan biar tidak lupa. Uniknya sampai sekarang dia belum bisa menulis huruf ‘X’, hanya satu huruf itu, dokter saja juga heran,” terangnya.
Membaca buku menjadi kegemaran Rafa untuk mengisi waktu dan mengatasi kejenuhannya saat berada di rumah. Bahkan, ditengah segala kekurangannya, putra pasangan Jeri Heka dan Novi Nurdiana ini juga mampu menghafal sejumlah surat-surat pendek dalam Al-Quran.
Siswa SD Bandar Kidul 2 ini mengaku mata pelajaran agama Islam menjadi mata pelajaran favoritnya di sekolah. Dengan semangat belajar yang tinggi, sambil menunduk, Rafa mengatakan cita-citanya sebagai guru.
“Rafa memang anaknya pemalu, apalagi sama orang baru yang belum dikenal. Dia juga memiliki ketakutan dalam beberapa hal, misalnya ada suara yang keras dia juga takut,” ujar ibu 34 tahun itu.
Lebih lanjut, Novi mengungkapkan jika Rafa sudah menjalani pengobatan dengan fisioterapi hingga usia 6 tahun. Setelah itu pengobatan alternatif menjadi pilihannya bersama suami untuk meringankan kelainan yang dialami anak laki-lakinya.
Tidak dipungkiri, butuh banyak biaya agar bisa rutin memberikan terapi khusus pengidap Cerebral Palsy. Sementara ayah Rafa yang bekerja sebagai karyawan swasta baru saja keluar dari pekerjaannya.
Biaya ratusan ribu rupiah setiap satu kali berobat menjadi terasa lebih berat. Tetapi, hingga kini pihak keluarga masih terus berupaya untuk rutin membawa Rafa berobat ke rumah sakit.
“Harapannya ada fisioterapi yang datang ke rumah, biar anaknya sendiri juga lebih nyaman,” harap Novi.
Dengan segala keterbatasan, Rafa tetap semangat melanjutkan pendidikannya. Dia ingin membuktikan bahwa kelainan yang dideritanya bukan jadi penghalang untuk belajar dan meraih cita-cita.
Penulis: AK.Jatmiko
Editor: Novira Kharisma
Tonton video: