Bacaini.id, JOMBANG – Menjelang pelaksanaan Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-34 di Lampung, para dhuriyah pendiri NU di Jombang beda pendapat. Keluarga Pondok Pesantren Tebuireng memilih untuk bersikap netral alias tidak memberikan dukungan pada dua calon yang menguat.
Sedangkan keluarga Pondok Pesantren Denanyar Mambaul Ma’arif memilih mendukung KH Yahya Cholil Staquf. Kedua keluarga pendiri NU ini menyampaikan pertimbangan dan alasan mereka.
Cucu pendiri NU dari Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, KH Fahmi Amrullah Hadzik mengatakan secara organisasi Pondok Pesantren Tebuireng tidak memilik hak suara dalam Muktamar ke-34 yang akan digelar 23 – 25 Desember 2021. Namun sebagai cucu pendiri NU dirinya berhak menyuarakan untuk kebaikan NU ke depannya. “Tebuireng tidak mengusung nama karena tidak punya suara, karena tidak memiliki hak suara. Yang terpilih semuanya kader NU yang terbaik,” ujar Gus Fahmi kepada Bacaini.id, Kamis, 16 Desember 2021.
Gus Fahmi hanya berharap seluruh proses Muktamar bisa berjalan dengan baik dan bersih. Tanpa diwarnai praktik money politik. “Siapapun yang terpilih asal proses yang dilakukan bersih tanpa money politik, maka hasilnya juga akan bersih,” sebutnya.
Meski tidak memiliki hak pilih, Gus Salam akan tetap akan hadir di arena Muktamar ke-34 Lampung. Kehadiran keluarga Tebuireng di Muktamar hanya sebagai pemberi semangat kepada muktamirin. Menurut Gus Fahmi, Tebuireng tidak punya nama yang harus didukung. Semua nama yang muncul dinilai layak memimpin NU ke depan.
Dia mencontohkan, KH Said Agil Siraj memiliki pengalaman dan keilmuan yang mumpuni. Demikian pula KH Yahya Cholil Staquf yang secara silsilah dan keilmuan tidak diragukan lagi. Termasuk nama lain yang muncul dalam kontestasi pemilihan PBNU.
Menyitir pesan pendiri NU, Gus Fahmi berharap seluruh pengurus NU bisa menjadi penjaga ukhuwah bangsa dan umat. Jangan sampai perbedaan ini memecah keutuhan NU dan bangsa Indonesia. “Janganlah perbedaan itu menyebabkan perpecahan diantara kalian,” sebutnya mengingatkan pesan Hadratus Hasyim Asyari.
Gus Salam juga berharap ketua yang terpilih bisa membangun NU lebih berkembang, terutama dalam dakwah di bidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Karena selama ini dakwah di tiga bidang itu masih dianggap kurang maksimal.
Denanyar Dukung Yahya
Berbeda dengan sikap keluarga besar Tebuireng, keluarga besar pendrii NU dari keluarga KH Bisri Syamsui Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar memilih mendukung tokoh muda dalam Muktmar NU ke-34 besok.
Pengasuh Pesantren Denanyar KH Abdus Salam Sokib terang-terangan mendukung Gus Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum PBNU dengan Rais Aam PBNU sesuai hasil keputusan para ulama yang mendapat amanat sebagai anggota AHWA (Ahlul Halli Wal Aqdi).
Cucu KH Bisri Syamsuri ini mendukung Gus Yahya sebagai bentuk regenerasi di dalam tubuh PBNU. Regenerasi ini penting untuk menghindari kemandekan proses pengkaderan NU. Apalagi dari segi usia KH Said Aqil Siradj sebagai Ketua umum PBNU sekarang usianya termasuk dalam kelompok tua. “Regenerasi ini penting dilakukan untuk menjaga roda organisasi lebih dinamis,” ujar Gus Salam.
Dari segi usia KH Agil sudah memasuki usia 67, sedang calon yang diusung Ponpes Denanyar yakni Gus Yahya berusia 55 tahun.
Penulis: Syailendra
Editor: Afnan Subagio
Tonton video: